Sejarah Batik Megamendung
Sejarah kedatangan orang Tionghoa ke wilayah Cirebon selalu terkait dengan munculnya motif Megamendung, seperti yang tercatat dalam buku-buku dan literatur yang telah diterbitkan.
Hal ini tidak mengherankan mengingat banyak migran domestik dan internasional singgah di pelabuhan Muara Jati di Cirebon. Sejarah mencatat bahwa Sunan Gunung Jati, yang membawa agama Islam ke wilayah Cirebon pada abad keenam belas, menikahi Ratu Cina bernama Ong Tien.
Beberapa karya seni, seperti porselen, piring, dan kain dengan motif awan, diimpor dari Tiongkok. Bentuk awan digunakan sebagai simbol Tao untuk dunia atas, yang memiliki konotasi transendental atau ilahi dan mencerminkan dunia yang luas dan terbuka.
Pada abad ke-16, motif awan juga memiliki peran penting dalam seni Islam, digunakan oleh sufi untuk melambangkan dunia yang luas atau bumi yang luas.
Keraton Cirebon menjadi pintu masuk bagi budaya dan tradisi Tionghoa di wilayah ini melalui pernikahan Sunan Gunung Jati dengan Ratu Ong Tien.
Motif Megamendung Cirebon memiliki perbedaan dengan motif Cina, karena pengrajin batik di keraton menggabungkan unsur-unsur budaya dan tradisi Cina dalam motif batik mereka, sambil menambahkan sentuhan khas Cirebon. Contohnya, garis awan pada pola Megamendung Cina berbentuk titik atau lingkaran, sementara pada varian Cirebon berbentuk garing dan segitiga.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta