get app
inews
Aa Text
Read Next : Program MBG di Mundu Cirebon Dirasakan Luas, dari Gizi Anak hingga Lapangan Kerja Baru

Batik Ramah Lingkungan, Warisan Budaya yang Terus Berkembang di Tangan Pengrajin Trusmi

Jum'at, 03 Oktober 2025 | 07:21 WIB
header img
Salah satu pengrajin batik di sentra batik trusmi cirebon. Foto : Riant Subekti

CIREBON, iNewsCirebon.id Batik sejak lama menjadi identitas bangsa Indonesia, simbol kebanggaan yang bahkan telah diakui dunia melalui UNESCO pada 2009. Kain penuh makna ini bukan sekadar sandang, melainkan juga karya budaya yang menopang kehidupan jutaan pengrajin di berbagai daerah, termasuk di sentra batik Trusmi, Cirebon.

Namun, di balik gemerlap motif dan warna, industri batik menghadapi tantangan besar. Dalam beberapa tahun terakhir, geliat penjualan batik cenderung stagnan. Banyak pengrajin harus memutar otak agar bisa bertahan, mulai dari memperbarui strategi promosi hingga mencari bahan ramah lingkungan yang sesuai dengan tuntutan zaman.

Founder & CEO Trusmi Group, Ibnu Riyanto, mengungkapkan bahwa setiap peringatan Hari Batik Nasional selalu menjadi momentum penting bagi para pengrajin. “Sejak UNESCO mengakui batik, masyarakat semakin bangga mengenakannya. Tapi dalam empat tahun terakhir, kondisi industri di Cirebon stagnan. Karena itu, kami perlu gebrakan baru agar batik bisa tetap diminati sekaligus berkontribusi pada kelestarian lingkungan,” ujar Ibnu.Kamis (3/10) 

Gebrakan itu salah satunya hadir melalui kolaborasi dengan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN. Bertepatan dengan Hari Batik Nasional, BTN menggelar program literasi keuangan dan pelatihan membatik ramah lingkungan bagi para pengrajin Trusmi. Tak hanya mengenalkan penggunaan bahan baku batik berbasis minyak sawit bersertifikasi bersama World Wide Fund for Nature Indonesia (WWF), BTN juga membuka akses keuangan bagi pelaku UMKM batik melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Direktur Risk Management BTN, Setiyo Wibowo, menegaskan bahwa dukungan kepada pengrajin batik sejalan dengan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) yang diterapkan perseroan. “Batik adalah identitas budaya sekaligus industri sandang yang menopang jutaan pengrajin. Dengan dukungan pembiayaan, kami ingin pengrajin tidak hanya meningkatkan kapasitas produksi, tapi juga bisa menjalankan usaha yang inklusif dan ramah lingkungan,” jelasnya.

Editor : Miftahudin

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut