Sejarah Gedung Perundingan Linggarjati, Dibangun Jasitem, dan Menjadi Bukti Perjuangan Diplomatik RI
![header img](https://img.inews.co.id/media/600/files/networks/2023/10/23/abd0b_linggarjati.jpg)
Sutan Syahrir selaku ketua, Soesanto, Tirtoprodjo, Mr. Mohammad Roem, dan Dr. A. K Gani. Para delegasi Indonesia ini berunding dengan delegasi dari Belanda, yaitu Prof. Mr. Schermerhorn, Dr. F. De Boer, Mr. Van Poll, Dr. Van Mook, dan diplomat Inggris Lord Killearn sebagai mediator.
Berdasarkan sejarah, perundingan Linggarjati diadakan pada 10-12 November 1946.
Di mana hasil dari perundingan ini menghasilkan naskah persetujuan Linggarjati atau lebih dikenal dengan Perjanjian Linggarjati yang disepakati di Jakarta pada 15 November 1946.
Ketika memasuki gedung museum, para pengunjung akan dibawa melihat sejarah perundingan para pendiri bangsa demi mencapai kemerdekaan.
Mulai dari meja perundingan, berbagai dokumentasi berupa foto, diorama, benda-benda peninggalan, hingga hasil naskah perjanjian Linggarjati bisa disaksikan dari dekat di museum ini.
Pada bagian belakang gedung terdapat halaman yang luas dengan pepohonan yang rindang dan tangga menuju ke bawah. Pada area ini terdapat sebuah monumen yang bertuliskan isi pokok dari hasil perundingan Linggarjati. Tak hanya itu, di atas monumen terdapat baru hitam dengan ukiran lima pilar masyarakat Indonesia.
Kelima pilar tersebut antara lain, petani, pemuka agama, wanita, tentara, dan pemuda yang saling berangkulan. Hal ini melambangkan wujud kekuatan utama bangsa Indonesia yang teguh membela kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi dan golongan.
Demikianlah sejarah gedung perundingan Linggarjati yang mengandung makna luar biasa para pejuang bangsa meraih kemerdekaan Republik Indonesia.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta