Merantau ke Samarinda
Di tahun 2006, bersama temannya Sanawi pindah ke Samarinda. Setahun disana, hidupnya tidak berubah. Ia kemudian mencoba menghubungi temannya hingga ditawarkan berjualan es krim.
Bermodal Rp60 ribu hasil pinjaman temannya, Sanawi kembali berkeliling kota menjual es krim menggunakan sepedanya. Dalam sehari ia berhasil mendapatkan uang Rp150 ribu yang kemudian membuatnya tersadar.
Pantang Makan Sebelum Laku
Berprinsip pantang makan sebelum laku, usaha Sanawi berkembang setelah dirinya menyisihkan keuntungan penjualan dengan hidup super hemat. Ia kemudian membeli mobil dan motor untuk operasional usahanya.
Memanfaatkan jaringan dan teman-temannya sesama penjual es krim. Sanawi mulai berkawan dengan beberapa pengusaha es krim sukses.
Lewat itu pula ia menjadi distributor es krim dengan penjualnya merupakan mantan kuli bangunan. Ia mendapatkan modal pinjaman dari Bank setelah beberapa kali mencobanya.
400 Pengecer
Kisah sukses Sanawi lantas berkembang lewat usahanya, ia memiliki 400 pengecer berhasil didapatkan pada tahun 2010. Jumlah ini kian meningkat hingga tahun lalu.
Tercatat di tahun 2021, ia memiliki 700 mitra dengan 27 sub distributor yang tersebar di Kalimantan, Sulawesi, dan Jakarta. Tak hanya itu, lewat es krim Vanesa itu, ia mampu berkembang, hingga memiliki pabrik es krim di kawasan Kudus, Jawa Tengah dengan produksi 40 ribu korn.
Itulah kisah sukses Sanawi. Penjual es krim lulusan 1 SD yang tidak bisa baca tulis. Ia pun kini bisa sukses dan berkembang hingga sekarang.
Editor : Miftahudin