Tiko nampak terlihat senang saat berbicara dengan kakaknya yang sebelumnya ia tidak ketahui.
Ia bisa kembali menjalin silaturahmi dengan keluarga besar ayahnya yang tak pernah diketahui keberadaannya.
"Sebenarnya aku alhamdulillah jadi tahu keberadaan keluarga. Selama ini aku cuma tinggal berdua sama mama, tanpa tahu kebenarannya," ungkap Tiko dengan wajah berseri.
"Sampai saat ini belum ada saudara yang nengok kondisiku dan mama. Kalau pun tanya mama, beliau juga belum sehat," terang Tiko.
Uri pun sempat menanyakan kondisi Ibu Eny dan Tiko.
"Gimana kondisi mamah sekarang dek, terus kamu tinggal dimana, listrik sudah tersambung?" tanya Uri.
"Mama masih di Rumah Sakit, aku masih tinggal di rumah lama, alhamdullilah banyak yang membantu, listrik juga lagi diproses. Aku berharap, mama pulang nanti sudah dalam kondisi rumah seperti dulu," jawab Tiko.
"Ya Syukurlah kalau begitu, Alhamdullilah, kamu kalau perlu, minta nomer saya ke mba Novi jadi bisa komunikasi," ujar Uri sang kakak.
Dalam perbincangan hangat itu, Tiko pun menyampaikan keinginannya untuk berziarah ke makam sang ayah.
"Kalau diijinkan, dalam waktu dekat saya ingin mengunjungi makam ayah dengan maksud ziarah," ungkap Tiko.
Keinginan Tiko, disambut gembira oleh sang kakak, bahkan mengarahkan Tiko untuk meminta tolong pada mba Novi pada saat nanti akan berkunjung.
"Oh ya de ga apa-apa, boleh, boleh, nanti minta tolong mba novi siapa tahu mba novi juga ingin ikut berkunjung. Nanti naik kereta sampai Surabaya, kakak nanti antar berkunjung ke makam ayah bareng keluarga lain," ungkap sang Kakak.
Itulah hangatnya perbincangan Tiko dan keluarga besar sang Ayah, ini menjadi titik awal yang baik untuk membuka pintu silaturahmi diantara keluarga besar almarhum Herman Moedji Susanto.
Editor : Miftahudin