Faktor-faktor risiko demensia yang tidak bisa diubah meliputi pertambahan usia, riwayat kesehatan keluarga, serta masalah kesehatan seperti gangguan kognitif ringan dan sindrom Down.
Sedangkan, faktor-faktor risiko demensia yang dapat dikendalikan atau diubah meliputi kebiasaan merokok dan mengonsumsi alkohol, depresi, sleep apnea, diabetes, obesitas, kolesterol tinggi, hipertensi, dan aterosklerosis (penumpukan lemak pada dinding arteri).
Berbagai tanda dan gejala yang menyertai demensia antar lain :
- Kehilangan ingatan.
- Kesulitan berbahasa, berkomunikasi dengan orang lain, dan melakukan kegiatan sehari-hari.
- Mengalami disorientasi atau kebingungan akan waktu dan tempat.
- Kesulitan dalam berpikir dan mencerna informasi.
- Sering lupa dan salah saat meletakkan suatu benda.
- Perubahan perilaku, kepribadian, dan suasana hati yang kerap terjadi secara tiba-tiba.
- Kehilangan inisiatif atau apatis pada hal apa pun, termasuk pada kegiatan yang sebelumnya pernah ditekuni.
- Kesulitan dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
- Depresi.
- Halusinasi.
- Paranoid.
- Gelisah.
Demensia tidak dapat dicegah, namun terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menekan resikonya, seperti:
- Berhenti merokok.
- Berolahraga secara teratur.
- Menjaga asupan nutrisi dan menerapkan pola makan sehat, misalnya makanan rendah lemak dan tinggi serat.
- Kurangi asupan alkohol.
- Menjaga berat badan.
- Meningkatkan asupan vitamin D.
- Melatih otak secara berkala, seperti membaca dan bermain teka-teki.
- Menjaga kesehatan, seperti mengontrol tekanan darah, kadar gula darah, dan kolestrol.
- Menghindari terjadinya cedera di bagian kepala.
Demensia bisa diatasi dengan mengonsumsi obat-obatan tertentu seperti pemberian obat penghambat kolinesterase dan memantine.
Selain mengkonsumsi obat-obatan, penderita dimensia dapat melakukan terapi psikologis seperti terapi stimulasi kognitif dan orientasi realitas, perilaku, okupasi, dan validasi.
Terapi pendukung juga dapat dilakukan di rumah, seperti terapi musik, aromaterapi, pijat, bermain dengan hewan peliharaan, hingga melakukan aktivitas seni.
Dukungan keluarga sangat dibutuhkan untuk keberhasilan terapi pada penderita demensia.
Editor : Miftahudin