CIREBON, iNews.id - MSD (66) merupakan seorang pengemudi mobil Mercedes-Benz E300 berplat B1125 KAD yang nekat melaju melawan arus di KM 53.600 jalan tol JORR (Jakarta Outer Ring Road) arah Rorotan menuju Cikunir pada Sabtu (27/11) Pukul 17.00 WIB.
Akibat aksinya ini, Mercedes yang dikendarai MSD menabrak dua kendaraan lain, yakni Mobilio dan Innova serta menyebabkan satu orang terluka.
Kasubdit Gakum Ditlantas Polda Metro Jaya AKBP Argo Wiyono mengatakan hasil pemeriksaan sementara sopir berinisial MSD melawan arah di JORR karena mengalami penyakit demensia di mana sopir tidak dalam kondisi sadar. Dengan kondisi tersebut polisi masih belum menetapkan MSD sebagai tersangka.
"Info awal yang bersangkutan dalam kondisi demensia atau menurunnya kondisi kemampuan berpikir. Untuk penetapan tersangka belum karena masih dalam proses pemeriksaan," kata Argo di Jakarta, Minggu (28/11/2021).
Untuk mengenal lebih lanjut tentang Dimensia yang menjadi dugaan penyebab terjadinya insiden ini, berikut penjelasannya.
Demensia merupakan suatu sindrom yang terdiri dari sekumpulan gejala yang memengaruhi kemampuan fungsi kognitif otak dalam mengingat (memori), berpikir, bertingkah laku, dan berbicara (berbahasa).
Demensia adalah penyakit yang umum terjadi pada lansia, tepatnya orang di usia 65 tahun ke atas, baik pria maupun wanita. Angka kejadiannya semakin tinggi seiring dengan bertambahnya umur.
Berdasarkan situs National Institute of Aging, demensia disebabkan oleh kerusakan pada sel saraf otak di bagian tertentu, sehingga menurunkan kemampuan berkomunikasi dengan saraf tubuh lainnya, dan mengakibatkan kemunculan gejala sesuai dengan area otak yang mengalami kerusakan.
Ada jenis demensia yang berkembang secara progresif, dan ada juga kondisi lain yang menyerupai demesia yang terjadi karena reaksi tertentu dan dapat ditekan.
Demensia progesif adalah kondisi yang disebabkan oleh kerusakan sel saraf otak tertentu dan dapat memburuk seiring waktu. Kondisi ini umumnya tidak dapat dipulihkan secara tuntas.
Beberapa jenis demensia progresif meliputi penyakit Alzheimer, demensia vaskuler, lewy body dementia, demensia frontotemporal, dan demensia campuran.
Faktor-faktor risiko demensia yang tidak bisa diubah meliputi pertambahan usia, riwayat kesehatan keluarga, serta masalah kesehatan seperti gangguan kognitif ringan dan sindrom Down.
Sedangkan, faktor-faktor risiko demensia yang dapat dikendalikan atau diubah meliputi kebiasaan merokok dan mengonsumsi alkohol, depresi, sleep apnea, diabetes, obesitas, kolesterol tinggi, hipertensi, dan aterosklerosis (penumpukan lemak pada dinding arteri).
Berbagai tanda dan gejala yang menyertai demensia antar lain :
- Kehilangan ingatan.
- Kesulitan berbahasa, berkomunikasi dengan orang lain, dan melakukan kegiatan sehari-hari.
- Mengalami disorientasi atau kebingungan akan waktu dan tempat.
- Kesulitan dalam berpikir dan mencerna informasi.
- Sering lupa dan salah saat meletakkan suatu benda.
- Perubahan perilaku, kepribadian, dan suasana hati yang kerap terjadi secara tiba-tiba.
- Kehilangan inisiatif atau apatis pada hal apa pun, termasuk pada kegiatan yang sebelumnya pernah ditekuni.
- Kesulitan dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
- Depresi.
- Halusinasi.
- Paranoid.
- Gelisah.
Demensia tidak dapat dicegah, namun terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menekan resikonya, seperti:
- Berhenti merokok.
- Berolahraga secara teratur.
- Menjaga asupan nutrisi dan menerapkan pola makan sehat, misalnya makanan rendah lemak dan tinggi serat.
- Kurangi asupan alkohol.
- Menjaga berat badan.
- Meningkatkan asupan vitamin D.
- Melatih otak secara berkala, seperti membaca dan bermain teka-teki.
- Menjaga kesehatan, seperti mengontrol tekanan darah, kadar gula darah, dan kolestrol.
- Menghindari terjadinya cedera di bagian kepala.
Demensia bisa diatasi dengan mengonsumsi obat-obatan tertentu seperti pemberian obat penghambat kolinesterase dan memantine.
Selain mengkonsumsi obat-obatan, penderita dimensia dapat melakukan terapi psikologis seperti terapi stimulasi kognitif dan orientasi realitas, perilaku, okupasi, dan validasi.
Terapi pendukung juga dapat dilakukan di rumah, seperti terapi musik, aromaterapi, pijat, bermain dengan hewan peliharaan, hingga melakukan aktivitas seni.
Dukungan keluarga sangat dibutuhkan untuk keberhasilan terapi pada penderita demensia.
Editor : Miftahudin