Ia menambahkan bahwa dirinya sudah mempersiapkan baju ganti sebelumnya, karena telah mendapat informasi dari warga bahwa jembatan tidak bisa dilalui.
Setelah berhasil menyeberangi sungai, warga yang telah bersiap dengan ojek di seberang langsung menjemputnya untuk melanjutkan perjalanan ke lokasi pernikahan.
Sesampainya di Batang Kundur, Ahad disambut hangat oleh tokoh adat setempat, Sumarno. Prosesi akad nikah pun berlangsung khidmat dan lancar.
Karena hujan masih terus turun dan arus sungai semakin deras, warga meminta agar Ahad tidak kembali pulang demi keselamatannya. Ia pun memutuskan untuk bermalam di desa tersebut atas saran warga.
“Ini pengalaman yang sangat berkesan bagi saya. Semua ini saya lakukan dengan tulus sebagai abdi negara yang melayani umat. Berkayuh ke hulu, berenang ke tepian; bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Subdirektorat Bina Kepenghuluan pada Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama, Afief Mundzir, mengapresiasi tinggi dedikasi yang ditunjukkan oleh Ahad Nasution.
“Perjuangan Ahad adalah potret nyata dari pengabdian seorang penghulu sebagai garda terdepan pelayanan umat. Penghulu adalah representasi negara dalam momen paling sakral bagi masyarakat. Keteladanan seperti yang dilakukan Ahad menjadi inspirasi dan bukti bahwa pelayanan keagamaan bukan sekadar formalitas, melainkan panggilan jiwa,” tutup Afief.
Editor : Miftahudin
Artikel Terkait