Dengan kepandaiannya mengatur organisasi, Nahdlatul Wathan berkembang pesat dengan cabang di Sidoarjo dan Gresik. Pada 1924, setelah kurikulum terlaksana, Nahdlatul Wathan menjadi Syubbanul Wathan di bawah kepemimpinan KH Abdul Wahab Hasbullah dan KH Abdul Chalim.
Pada 1922, KH Abdul Wahab Hasbullah dan KH Abdul Chalim menjadi sahabat tak terpisahkan. Mereka memimpin Syubbanul Wathan, mendirikan Komite Hijaz, dan mengirim surat ke ulama pesantren se-Jawa untuk mendirikan Nahdlatul Ulama. Pertemuan pada 31 Januari 1926 menetapkan NU sebagai pengirim surat dan memilih pengurus.
Berbeda dari 65 pendiri NU lainnya, KH Abdul Chalim menjadi penulis surat, mengusulkan isi surat untuk kemerdekaan Republik. Sejak pindah ke Surabaya, beliau berjuang menggerakkan organisasi, mendirikan sekolah di berbagai lokasi.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta