JAKARTA, iNewsCirebon.id - Kisah hidup Sri Mulyani, sosok wanita berpenampilan sederhana yang selalu membuat gebrakan-gebrakan dalam megemban amanahnya sebagai Menteri Keuangan hingga membawa apresiasi dari berbagai kalangan baik dalam maupun luar negeri.
Perempuan sukses dengan segudang prestasi ini selalu menjadi sosok yang menginspirasi khususnya bagi kaum wanita untuk terus maju dalam berkarier.
Capaian Sri Mulyani begitu banyak, berbagai penghargaan telah diraihnya atas kontribusinya pada ekonomi dan negara. Dia beberapa kali dinobatkan sebagai menkeu terbaik se-Asia hingga masuk daftar perempuan paling berpengaruh di Indonesia hingga dunia.
Dilansir dari iNews.id, terlahir dengan nama lengkap Sri Mulyani Indrawati ini lahir di Tanjung Karang, Lampung, pada 26 Agustus 1962. Dia adalah anak ketujuh dari 10 bersaudara dari pasangan Prof Satmoko dan Prof Dr Retno Sriningsih.
Pendidikan formal ditempuhnya layaknya anak-anak lainnya. Ia mengenyam pendidikan Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Bandar Lampung. Lalu melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Semarang, Jawa Tengah, kemudian kuliah di Fakultas Ekonomi UI.
Saat kuliah di UI Salemba, sebagai anak rantau, dia harus hidup pas-pasan. Namun dia tetap semangat dan gigih berjuang meraih impiannya.
Halangan tak dihiraukannya, Sri Mulyani dikenal sebagai mahasiswi cerdas tetap aktif di sejumlah aktivitas kampus seperti mengikuti aktivitas Senat Mahasiswa Pekan Industri Rakyat (Kanira), bermain teater di dua pementasan, mengajar anak-anak TK sekitar kampus UI Salemba, dan ikut kompetisi fakultas ekonomi antarkampus.
"Lima tahun kuliah, bermain, beraktivitas, belajar menjadi manusia dewasa. Hidup pas-pasan, banyak hal bisa menjadi alasan untuk mengeluh, turun semangat, galau, marah, atau menyerah. Namun kita selalu bisa memilih menjadi manusia positif, berteman tanpa memilih, kompak bersama, berusaha menjadi lebih baik dan terus maju ke depan," kata dia, dikutip dari akunnya di Instagram.
Setelah kuliah selama lima tahun dan berkesempatan menimba ilmu dari sejumlah teknokrat senior, mulai dari Prof Soemitro Djojohadikoesoemo, Prof Emil Salim, Prof Soemarlin, dan Prof Sadli, dia lulus pada 1986. Dua tahun setelahnya, Sri Mulyani melanjutkan pendidikan S2 dan S3 di Amerika Serikat. Dia mendapatkan gelar Master of Science of Policy pada 1990 dan Ph.D of Economics pada 1992 dari University of Illinois Urbana Champaign.
Sekembalinya ke Indonesia, Sri Mulyani bekerja di birokrasi dan menjadi dosen di UI. Dia juga dikenal sebagai pengamat ekonomi dan kerap terlibat dalam sejumlah penelitian di bidang keuangan publik, kebijakan fiskal, ekonomi tenaga kerja, dan perbankan.
Atas pengetahuan, keterampilan, dan sepak terjangnya, dia dipilih menjadi Executive Director International Monetary Fund (IMF) mewakili 12 negara di Asia Tenggara (South East Asia/SEA Group) pada 2002 hingga 2004.
Kemudian pada 21 Oktober 2004, Sri Mulyani menjadi menteri di Kabinet Indonesia Bersatu I di bawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Dia dipercaya menjadi Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional(PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).
Saat perombakan kabinet, dia dipilih menjadi menkeu pada 2005. Selama menjadi menteri keuangan, dia banyak menorehkan prestasi, di antaranya menstabilkan ekonomi makro, mempertahankan kebijakan fiskal yang prudent, menurunkan biaya pinjaman dan mengelola utang serta memberi kepercayaan pada investor.
Reformasi Kementerian Keuangan dinahkodainya dengan baik sehingga banyak terjadi perubahan fundamental di institusi tersebut. Dia pun dinobatkan sebagai Menteri Keuangan Terbaik Asia pada 2006 oleh Emerging Markets Forum di sela Sidang Tahunan Bank Dunia dan IMF di Singapura. Sri Mulyani juga dinobatkan sebagai Menteri Keuangan Terbaik oleh majalah Euromoney pada tahun yang sama.
Dia juga terpilih sebagai perempuan paling berpengaruh ke-2 di Indonesia versi majalah Globe Asia pada Oktober 2007 dan perempuan paling berpengaruh ke-23 di dunia versi Forbes pada 2008.
Pada 2008, dia merangkap jabatan sebagai Plt Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, setelah Boediono terpilih menjadi Gubernur Bank Indonesia. Pada 2010, dia ditunjuk sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia, sehingga harus meninggalkan jabatannya sebagai menkeu.
Parut diacungi jempol, Sri Mulyani merupakan perempuan dan orang Asia pertama yang menjabat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia. Jabatan itu diembannya mulai 1 Juni 2010.
Enam tahun kemudian, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memintanya untuk kembali menjadi menkeu. Kemudian dia dilantik pada 27 Juli 2016 menjadi menkeu dalam Kabinet Kerja.
Pada Februari 2018, Sri Mulyani terpilih kembali menjadi Best Minister in the World pada World Government Summit di Dubai. Masih pada tahun yang sama pada Oktober 2018, Global Markets memilihnya menjadi Finance Minister of the Year - East Asia Pacific. Gelar tersebut diberikan di sela Pertemuan Tahunan Bank Dunia dan IMF di Bali.
Tahun 2019, Sri Mulyani dinobatkan kembali sebagai Menteri Keuangan Terbaik di Asia Pasifik versi majalah keuangan FinanceAsia. Penghargaan ini diperoleh tiga tahun berturut-turut setelah sebelumnya diperoleh pada 2017 dan 2018.
Pada 23 Oktober 2019, dia kembali ditunjuk sebagai Menteri Keuangan pada periode kedua pemerintahan Presiden Jokowi. Jabatan ini adalah jabatan menkeu keempat kalinya bagi Sri Mulyani pada kabinet yang berbeda.
Pada Oktober 2020, Global Markets memilihnya menjadi Finance Minister of the Year - East Asia Pacific. Ini merupakan penghargaan atas upayanya dalam penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia.
Dan pada akhir 2022, dia masuk dalam daftar perempuan paling berpengaruh di dunia. Dalam The World's 100 Most Powerful Women Forbes, dia berada di peringkat 47 dari 100 perempuan paling berpengaruh di dunia. Peringkat tersebut naik dari tahun sebelumnya yang berada di posisi 66.
Itulah perjalanan kisah sukses Sri Mulyani, yang dulu pernah hidup pas-pasan hingga memiliki banyak prestasi mentereng yang membanggakan Indonesia. Semoga menginspirasi banyak perempuan di Indonesia.
Editor : Miftahudin