JAKARTA, iNews.id - Ratu Elizabeth II Masih keturunan nabi Muhammad, teori tersebut kembali muncul dan menjadi kontroversi publik.
Pasca meninggalnya Ratu Elizabeth II pada usia 96 tahun. Muncul kabar yang menyebut Ratu Elizabeth II merupakan keturunan Nabi Muhammad SAW.
Pertanyaannya, benarkah Ratu Elizabeth II keturunan Nabi Muhammad SAW ? Banyak yang mengatakan dia memiliki darah keturunan Nabi, dari kakek moyangnya orang Arab. Namun hal ini masih perdebatan sejarawan dan para peneliti.
Menurut teori Brooks-Baker, Ratu yang berkuasa 70 tahun di Inggris itu terhubung ke Nabi Muhammad melalui Earl of Cambridge abad ke-14, yang memiliki nenek moyang yang berasal dari Spanyol Muslim (Andalusia) abad pertengahan.
Hubungannya dengan Spanyol adalah dari sosok Putri Zaidaasal Sevilla yang beragama Islam pada abad ke-11 --yang dikatakan telah memeluk agama Kristen dan menjadi selir Raja Alfonso VI dari Kastilia.
Penjelasan EL Mujataba
Mengutip El Mujataba dalam penjelasannya di media sosial mengatakan, ketika mengecek kebenaran status seseorang, apakah dia merupakan keturunan Rasulullah ataukah bukan, perlu menelusuri nama-nama leluhurnya.
"Cara yang saya pakai adalah dengan menyisir dari atas nama-nama leluhurnya. Misalnya begini, apabila dikatakan bahwa Ratu Elizabeth II adalah keturunan Rasulullah, maka saya akan menyisir nama-nama dimulai dari Rasulullah lalu mengamati nama demi nama ke bawah sampai nama Ratu Elizabeth," kata EL Mujtaba dalam keterangannya.
Dalam diagram Nasab tersebut tertulis bahwa Rasulullah - Hasan bin Ali - Na'im al Lakhmi - Amr ibn Itlaf - Abbad ibn Amr - Abul Qasim Muhammad Ibnu Abbad, King of Seville - dan seterusnya.
Jika ditulis menggunakan penomoran maka didapat: (1) Rasulullah (2) Hasan bin Ali (3) Na'im al Lakhmi (4) Amr ibn Itlaf (5) Abbad ibn Amr (6) Abul Qasim Muhammad Ibn Abbad (King of Seville) (7) dan seterusnya Kita mulai dari (1) Rasulullah - (2) Hasan bin Ali. Pada tingkatan ini, semua orang sudah tau bahwa hubungannya adalah Hasan adalah putra Fathimah Az-Zahra, Fathimah putri Rasulullah SAW. Benar dan tidak ada masalah. Lalu lanjut ke (2) Hasan bin Ali - (3) Na'im al Lakhmi. Diisukan bahwa Na'im al Lakhmi adalah keturunan Hasan bin Ali. Namun apakah benar, ada keturunan Hasan bin Ali bernama Na'im al Lakhmi? Dari namanya saja sudah jelas, Na'im al Lakhmi. Al-Lakhmi adalah marga Arab, namun bukan Quraisy. Maka secara nasab, Na'im al Lakhmi sudah pasti bukan bernasab kepada Sayyidina Hasan bin Ali. Melainkan bernasab kepada salah seorang dari suku Lakhmi. Apakah barangkali dari jalur ibu, yang menyebabkan Na'im Al Lakhmi ini merupakan keturunan Sayyidina Hasan? Kalau dilacak dari isu yang beredar, Na'im al Lakhmi ini diisukan anak dari Zahra binti Husein. Maka kita lacak, Zahra binti Husein ini siapa? Setelah saya cari-cari, ternyata tidak jelas. Tidak ditemukan dalam nama-nama Salaf Alal Bayt yang bernama Zahra binti Husein.
"Coba kita kejar, nama Husein tersebut. Setelah saya cari, ternyata diisukan bahwa Husein ayah Zahra ini dikatakan sebagai Husein bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib," terang AL Mujtaba.
Jika Husein di situ adalah Husein bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib, maka Husein yang dimaksud adalah Husein al Atsram bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib. Setelah kita dapatkan nama Husein al Atsram, maka mari buka kitab Nasab Alal Bayt. Memang benar bahwa ada salah seorang anak dari Sayyidina Hasan bernama Husein. Julukannya adalah Husein al Atsram. Dia adalah saudara Hasan al Mutsanna dan Zaid al Ablaj.
"Namun setelah saya buka-buka beberapa buku Nasab, dikatakan bahwa Husein al Atsram keturunannya terputus. Beliau tidak memiliki anak laki-laki yang meneruskan keturunan," jelasnya.
Beliau hanya dikaruniai dua putri, yakni: 1. Ummu Salamah binti Husein al Atsram. Dia menikah dengan Ismail bin Abdul Malik bin Harb bin Hakam. Anak-anaknya adalah Ishaq, Muhammad, Husein, dan Muslimat 2. Fathimah binti Husein al Atsram. Dia menikah dengan Ja'far ash Shadiq bin Muhammad al Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Thalib. Tidak ada putri Husein al Atsram yang bernama Zahra. Dan tidak ada putri Husein al Atsram yang dinikahi pria dari suku Lakhmi.
Jadi jelas, bahwa Na'im Al Lakhmi ini bukan cucu Husein Al Atsram, bukan juga keturunan Sayyidina Hasan. Jika pun dipaksakan bahwa Na'im al Lakhmi adalah cucu Husein al Atsram, maka dia berada di rentang zaman Imam Ja'far ash Shadiq dan Imam Musa al Kazhim. Dan ternyata di zaman itu, tidak ada Bani Hasyim yang bernama Na'im al Lakhmi. Kalau memang benar ada keturunan Sayyidina Hasan bernama Na'im al Lakhmi, pasti hal itu mudah dilacak karena di zaman itu keturunan Sayyidina Hasan masih relatif sedikit. Belum ada 100 orang. Pemalsuan nasab atas nama Ahlul Bayt masih sangat mudah ditelusuri. Sehingga, berdasarkan diagram di atas, dari tingkat ke-3 dari Rasulullah saja, sudah bermasalah. Bahwa tidak ada cucu atau buyut Sayyidina Hasan bin Ali yang bernama Na'im al Lakhmi. Dan kalau di tingkat Na'im al Lakhmi saja sudah tertolak, maka ke bawahnya semua pasti tertolak. Nasab Nabi Adalah Nasab Mulia Para ulama Ahlussunnah wal Jamaah berpendapat, mereka yang memiliki silsilahnya tersambung kepada Sayyidah Fathimah dari jalur Hasan maupun Husain adalah keturunan Nabi Muhammad SAW melalui jalur nasab. Namun, ada juga orang yang tersambung kepada Baginda Nabi karena jalur sebab. Mereka adalah para ulama yang benar-benar ulama, yaitu selain alim juga mengamalkan ilmunya. Seperti Sabda beliau berikut: "Sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi." (Sunan Abi Dawud) Menurut Ustadz Ahmad Mundzir, pengajar di Pesantren Raudhatul Quran An-Nasimiyyah Semarang, nasab Nabi merupakan nasab mulia apabila dibarengi dengan mengikuti aturan-aturan Nabi. Setiap orang juga mempunyai kesempatan sama untuk bisa dianggap menjadi ahlu bait Nabi dengan cara mengikuti jejak perilaku beliau. Dzurriyah Nabi secara garis nasab bisa saja tidak dianggap sebagai dzurriyyah apabila tidak mengikuti jejak perilaku Rasulullah. Sedangkan Dzurriyah Nabi yang mengikuti ajaran Rasulullah SAW dan mengikuti prilaku Beliau maka ia memiliki kedudukan yang sangat tinggi dan terhormat.
Wallahu A'lam
Editor : Miftahudin