Viral! Barang Mewah Lebih Murah Jika Dibuat di China, Benarkah?

Jhon Mieftah
Media sosial TikTok diramaikan oleh video-video viral yang menuduh sejumlah merek mewah dunia diam-diam memproduksi barang mereka di China untuk menekan biaya produksi. Foto: medsos

JAKARTA, iNewsCirebon.id – Media sosial TikTok diramaikan oleh video-video viral yang menuduh sejumlah merek mewah dunia diam-diam memproduksi barang mereka di China untuk menekan biaya produksi.

Beberapa kreator asal China mengaku sebagai pekerja atau subkontraktor dari brand-brand ternama. 

Mereka menyebut bahwa pemerintah China telah mencabut perjanjian kerahasiaan sebagai respons atas kenaikan tarif impor yang diberlakukan mantan Presiden AS, Donald Trump. 

Hal ini, menurut mereka, membuka jalan untuk membongkar praktik tersembunyi di balik industri barang mewah. Namun, kantor berita AFP tidak menemukan bukti kebijakan tersebut dalam dokumen resmi pemerintah China.

Video-video ini bahkan mendorong konsumen di Barat untuk membeli produk "tanpa merek" dari situs-situs tertentu yang mengklaim kualitas dan desainnya setara dengan barang mewah asli.

Barang-barang tersebut disebut identik, hanya saja tidak berlabel.

Merek-merek besar seperti Hermès, Chanel, dan Louis Vuitton yang disebut-sebut dalam video, menolak memberikan komentar saat dimintai tanggapan oleh AFP.

Pakar Sebut Tuduhan Ini Tidak Masuk Akal

Jacques Carles, Direktur Pusat Desain dan Kemewahan Prancis, menyebut tuduhan tersebut sebagai hal yang tidak masuk akal.

“Itu akan jadi tindakan bunuh diri. Jika benar, itu bisa menghancurkan reputasi mereka. Tapi tidak ada bukti,” ujarnya kepada AFP pada 25 April 2025.

Carles juga menyoroti bahwa proses produksi barang mewah resmi sangat kompleks dan tidak bisa ditiru begitu saja. Sebagai contoh, satu tas Birkin dari Hermès bisa memerlukan ratusan jam kerja.

Menurutnya, video-video viral ini bertujuan menimbulkan keraguan di kalangan konsumen dan membuka jalan untuk menjual barang palsu.

“Ini kampanye viral yang sulit dilawan karena sebagian besar merek mewah memilih diam. Padahal, menurut saya itu kesalahan,” tambahnya.

Pendapat serupa disampaikan Michel Phan, profesor pemasaran barang mewah di Emlyon Business School. Ia menyatakan, tuduhan bahwa ini merupakan balasan dari China atas tarif AS juga tidak masuk akal.

“Brand-brand mewah Eropa tidak berhubungan dengan pemerintah AS, jadi merugikan mereka tidak akan berdampak pada AS,” jelas Phan.

Ia juga membantah klaim bahwa produk mewah dibuat di China tapi diberi label Made in France.

“Itu ilegal. Tak ada merek yang mau ambil risiko sebesar itu,” tegasnya.

Editor : Miftahudin

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network