get app
inews
Aa Text
Read Next : Kasepuhan Dijadikan Kampung Restorative Justice, Begini Alasannya

Bukit Jatipranje Terhubung dengan Sejarah Masjid Agung Sang Cipta Rasa Kasepuhan

Minggu, 03 Oktober 2021 | 09:47 WIB
header img
Lokasi bukit Jatipranje (Foto : Istimewa)

KOTA CIREBON, iNews.id - Masjid Agung Sang Cipta Rasa yang berada di Alun-alun Kasepuhan, merupakan masjid yang sangat bersejarah bagi masyarakat Cirebon. Masjid yang didirikan pada zaman Sunan Gunung Jati ini memiliki keunikan tersendiri, dimana tiang utama dibuat dari satu pohon tanpa sambungan dari kayu lainnya.

Tiang yang terbuat dari pohon jati itu, dipercaya berasal dari wilayah bukit Jatipranje yang berada di wilayah Selatan Kota Cirebon saat ini.

Dari hasil penelusuran yang dilakukan oleh tim dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Cirebon dibawah pimpinan Kepala Bidang Kebudayaan, Sundusiah, didampingi Kasi Sejarah Cagar Budaya dan Musim Elin Marlina dan kasi pembinaan kelembagaan Iman Fahrurochman, di yakini kalau pohon jati yang digunakan untuk pembangunan Masjid Agung Sang Cipta Rasa berasal dari bukit Jatipranje.

Pemerhati budaya dan sejarah Cirebon, Jajat Sudrajat, mengatakan, ada bukti sejarah kalau bukit Jatipranje adalah tempat dimana 7 pohon Jati yang di tebang untuk pembangunan Masjid Agung Sang Cipta Rasa. Salah satu buktinya adalah adanya watu pepitu.

"Watu pepitu ini adalah tempat untuk tempat duduk 7 jaksa yang berasal dari Keraton Cirebon sebelum menentukan pohon mana yang akan ditebang," ujar Jajat, Sabtu (2/10/2021).

Dikatakan Jajat, selain adanya watu pepitu, di sekitar lokasi juga ada tempat yang diberi nama penyeredan. Dimana penyeredan itu tempat dimana 7 pohon jati yang ditepang di turunkan dengan cara manual, sebelum masuk ke sungai.

"Transportasi pada saat itu hanya menggunakan sungai, jadi setelah di tebang, pohon jati itu di sered (ditarik) sampai ke sungai, kemudian dibawa ke alun-alun tempat dibangunnya Masjid Agung Sang Cipta," katanya.

Selain dua bukti sejarah itu, di bukit Jatipranje, menurut Jajat juga masih banyak ditemukan pohon pandan eri (pandan yang berduri) dimana pandan ini dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk dijadikan tikar.

"Selain itu di bukit Jatipranje juga banyak ditemukan fosil biota laut, ini yang menjadi keunikan, untuk itu kedepan saya berencana untuk menjadikan tempat ini sebagai wisata alam berbasis arkeologi," katanya.

Bukit Jatipranje, ditambahkan Jajat, merupakan tempat bersejarah jadi sayang jika dibiarkan begitu saja, untuk itu dirinya meminta kepada Pemerintah baik Kota maupun Kabupaten Cirebon untuk bisa mempertahankan tempat tersebut.

"Tempat ini kebetulan dimiliki oleh dua Pemerintah yakni kota dan kabupaten Cirebon, jadi kedua pemerintah diharapkan bisa lebih memperhatikan lagi," tambah nya.

 

Editor : Miftahudin

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut