Hingga akhirnya, pangeran sakti itu sampai di suatu tempat di Cirebon dan bertemu dengan orang tua yang tidak dikenalnya. Orang tua itu pun menawarkan diri untuk memotong rambut Syekh Magelung Sakti. Dengan nada menantang dan congkak, ia menyanggupi tawaran tersebut, dan orang tua itu dapat dengan mudah memotong rambut yang kebal terhadap benda tajam hanya dengan jari tangannya.
"Dengan kesaktiannya itu, ia menyombongkan diri barang siapa yang dapat memotong rambutnya maka ia akan berguru padanya. Orang tua yang memotong rambut Syekh Magelung Sakti itu ternyata adalah Sunan Gunung Jati atau Syehk Syarif Hidayatullah," ujarnya.
Namun, versi lain menyebutkan bahwa, berdasarkan Kitab Pangeran Wangsakerta "Caruban Nagari" yang ditulis pada tahun 1670. Karanggetas berasal dari dua kata yakni 'Karang' yang berarti Tanah dan 'Getas' bermakna mudah patah (rapuh).
"Daerah itu tanahnya mudah ambrol jika dilewati alat transportasi pada zamannya yaitu pedati. Hal ini terbukti ketika hendak membangun Masjid Agung di Keraton, pedati-pedati yang mengangkut kayu jati ketika melewati jalan itu kerap amblas," terangnya.
Pedati itu dinamakan 'Pedati Gede' yang hingga kini tersimpan di sekitar Jalan Karanggetas.
Editor : Miftahudin