Menurut Miqdad, secara logika linear, seorang yang memiliki standardisasi moral tinggi apalagi berlatar belakangan pesantren, terasa aneh jika mendukung produk pelanggar etika. Unsur utama yang membentuk etika itu, adalah moral. Melabrak dan melanggar etika berarti tidak memiliki moral.
"Apa iya, tokoh agamawan yang konsisten pada ajaran agamanya akan mendukung produk pelanggar etika? Jika itu terjadi, sama saja dengan ikut melabrak etika dan moral," tegasnya lagi.
Seperti diketahui, sebagian besar tokoh agama yang telah mengetahui proses awal pasangan salah satu capres-cawapres yang berdasarkan keputusan Mahkamah Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK) terbukti melanggar etika, mulai berpikir ulang mengevaluasi sikapnya. Para tokoh suci itu bahkan mulai bergerak mengajak dan berupaya menyelamatkan masyarakat agar tidak ikut membenarkan pelanggaran etika tersebut.
"Para tokoh agamawan kini berusaha keras menyelamatkan masyarakat agar tidak melakukan dosa masal, ikut-ikutan mendukung pelanggar etika," tegas Miqdad mengakhiri.
Editor : Miftahudin