Memiliki Tokoh-tokoh yang Unik dan Ajaib
Pertunjukan wayang kulit juga memiliki beragam tokoh dengan kekuatan ajaib, layaknya superhero di film-film, seperti ada tokoh pewayangan yang tidak bisa mati (immortal), dapat terbang, dan lain-lain.
Tokoh-tokoh tersebut biasanya mempunyai senjata-senjata sakti dan mandraguna yang membuat si tokoh semakin bertambah kuat. Selain itu, ada juga tokoh yang berbentuk makhluk setengah hewan, dewa dewi, dan raksasa.
Totalitas Dalang Selama Pertunjukan
Totalitas seorang dalang dalam memerankan berbagai peran dan watak dari setiap tokoh tidak perlu diragukan lagi. Penonton pagelaran wayang juga sering kali dibuat terkesima melihat atraksi dalang saat memainkan wayangnya. Tak jarang juga dalang melempar wayangnya ke atas lalu menangkapnya kembali dengan terampil dan cekatan.
Wayang Kulit sebagai Media Pendidikan Karakter
Fakta menarik wayang kulit selanjutnya adalah selain sebagai media hiburan, wayang kulit juga sebagai media pendidikan karakter,lho. Pendidikan karakter dalam wayang kulit tersampaikan dalam berbagai lakon yang dimainkan dalam pertunjukan.
Nilai pendidikan karakter dalam wayang kulit ada tiga secara mendasar, pertama nilai religius (pribadi matang, berjiwa mulia, mempunyai kedekatan dengan Tuhan. Kedua nilai sosial (peduli terhadap sesama, toleran, demokratis). Nilai ketiga adalah nilai peduli lingkungan (cinta tanah air dan alam sekitarnya).
Warisan Indonesia yang Mendunia
Dalam upaya menjaga dan melestarikan wayang kulit, UNESCO menobatkan kesenian tradisional ini sebagai Masterpiece of Intangible Heritage of Humanity sejak 7 November 2003. Semenjak hari itu, pemerintah juga menetapkan setiap tanggal 7 November sebagai Hari Wayang setiap tahunnya.
Tujuan utama pemerintah menetapkan Hari Wayang adalah supaya kesenian asli Indonesia ini tetap dikenal oleh generasi millennial sekarang di tengah gempuran budaya asing yang masuk, dengan harapan bisa terus melestarikan budaya Indonesia yang hampir punah.
Demikianlah berbagai fakta menarik wayang kulit, gimana? Makin bangga kan sebagai bangsa Indonesia.
Editor : Sazili Mustofa