Lalu pindah ke Kanada untuk bekerja sebagai Executive Vice President di NTI Resources Ltd pada 1995. Saat itu, Sandiaga sudah berhasil memperoleh gaji USD8.000 per bulan, tergolong tinggi pada masanya, apalagi jika dikonversikan ke rupiah.
Namun nasibnya berubah drastis begitu krisis moneter melanda sejak akhir 1997. Perusahaannya bangkrut dan ia di-PHK. Sandiaga kembali ke Indonesia sebagai pengangguran.
Ia mencoba melamar pekerjaan berkali-kali setibanya di tanah air. Namun ditolak, tidak ada perusahaan yang tertarik melirik lamaran kerjanya. Siapa sangka? Sandiaga pun pernah merasakan penolakan yang dirasakan para pencari pekerja pada umumnya.
Merintis Bisnis dan Perhiasan Istri yang Terjual
Akhirnya, Sandiaga banting setir dan mencoba peruntungannya dengan mendirikan perusahaan penasihat keuangan, yakni PT Recapital Advisors bersama Rosan Perkasa Roeslani yang tak lain adalah kawan SMA-nya.
Saat menjalankan bisnisnya inilah, Sandiaga sempat mengalami kesulitan keuangan. Sandiaga pernah menyinggungnya di unggahan Instagramnya saat perayaan hari jadi pernikahannya yang ke-26 dengan sang istri.
“Orang pertama yang mendukung saat dahulu mulai merintis usaha, dengan menjual cincin dan perhiasan yang digunakan sebagai modal. Terima kasih, non, untuk selalu setia menemani, I love you,” tulis Sandiaga.
Pada masa ini pula Sandiaga bertemu dengan Edwin Soeryadjaya, putera pendiri PT Astra International William Soeryadjaya, yang tak lain adalah mentor bisnis Sandiaga. Dia dan Edwin akhirnya mendirikan PT Sarataoga Investama Sedaya, perusahaan yang bergerak di bidang investasi.
Sandiaga berhasil mengembangkan Saratoga. Lewat perusahaannya itu, ia menghimpun modal investor yang kemudian digunakan untuk mengakuisisi perusahaan-perusahaan yang tengah dilanda kesulitan finansial.
Editor : Miftahudin