KOTA CIREBON, iNews.id - Beragamnya jenis kuliner khas Cirebon sudah menjadi terkenal, bahkan dijadikan oleh-oleh khas Pantura Jawa Barat bagi pengunjung yang datang ke Kota Wali tersebut.
Seperti halnya pada momen mudik lebaran Idul Fitri 1443 H, para pemudik nampak antusias berburu oleh-oleh khas Cirebon.
Salah satunya jajanan pasar, Intip, makanan ringan yang bahan dasarnya kerak nasi yang ditanak secara tradisional dan diolah kembali oleh warga Cirebon menjadi cemilan yang rasanya manis, asin dan gurih.
"Sekilas makanan tersebut mirip rengginang, tapi yang membedakan bahan dasarnya, intip dibuat dari kerak nasi kemudian digoreng dan diberi bumbu," ujar Siti Kurniati (40) salah seorang pembuat intip asal Desa Kalisapu, Kecamatan Gunungjati, Kabupaten Cirebon, Selasa (3/5/2022).
Sebagian besar memang baik pengusaha intip dan penjualnya berada di kawasan objek wisata religi kompleks makam Sunan Gunung Jati, Cirebon.
Siti menjelaskan adonan intip lebih padat, namun ketika digigit terasa renyah tidak keras.
Sedangkan ukuran intip lebih besar dari rengginang, dan untuk warnanya memiliki warna coklat keemasan.
Bahan utama cemilan intip adalah kerak nasi yang sedikit hangus karena proses penanakan nasi secara tradisional, kemudian kerak nasi tersebut melalui proses jemur sebelum di goreng.
Dalam proses penggorengan dibutuhkan waktu selama 5 menit lebih, lalu setelah matang barulah di ditaburi bumbu asin dan manis.
"Kalau bahan dasar intipnya, kebanyakan kita beli dari tetangga, bahkan sampai mencari keluar desa setempat," katanya pada iNewsCirebon.id.
Siti mengaku, untuk mencari bahan dasar intip sendiri sudah lumayan susah, karena masyarakat sekarang sudah jarang menanak nasi dengan cara tradisional, hingga dia harus mencari ke pelosok-pelosok desa.
Siti mengaku usahanya diwariskan dari orang tuanya, sudah hampir 8 tahun lebih dia melakukan bisnis seperti itu.
Untuk satu kilogramnya intip di jual Rp70 ribu - Rp80 ribu.
"Momen lebaran alhamdulillah naik dibanding hari biasa omsetnya," sebutnya.
Siti menuturkan, cemilan intip tersebut sudah ada sejak tahun 1980, saat itu kondisi ekonomi masyarakat tengah dalam krisis.
Ketika itu warga mengkonsumsi kerak nasi sebagai makanan tambahan dengan ditaburi parutan kelapa di atasnya, bahkan seringnya intip buat makanan unggas.
Seiring perkembangan jaman warga bosan, hingga akhirnya intip di goreng agar bisa bertahan lama, lalu kerak nasi tersebut diberi bumbu manis gurih.
"Kerak nasi yang sudah dikeringkan digoreng, diberikan bumbu yang terdiri dari gula, santan, bawang putih dan garam, sampai saat ini intip hanya punya dua varian rasa asin dan manis," kata Siti.
Sementara itu Hendro (55) salah satu pembeli asal jakarta mengatakan dengan rasanya yang khas asin dan manis gurih, dan tentu harganya terjangkau intip memang salah satu oleh-oleh wajib dibawa pulang saat mengunjungi Cirebon.
"Saya sudah niat mau borong intip buat oleh-oleh di jakarta, kebetulan 2 tahun kemarin saya tidak mudik ke kampung halaman," ujarnya.
Editor : Miftahudin