Karena merasa kasihan, seorang pengusaha pribumi asal Jamblang, H. Abdul Latief meminta istrinya Tan Piauw Lun atau akrab disapa Nyonya Pulung untuk menyediakan makanan untuk para pekerja berupa nasi dan lauk pauk secukupnya. Kemudian nasi tersebut dibungkus daun jati dan disajikan kepada pekerja pabrik.
Meskipun awalnya gratis, para pekerja merasa tidak enak dengan pemberian tersebut. Para pekerja pun menyadari apa yang mereka makan merupakan sesuatu yang harus dibeli. Untuk mengganti apa yang dimakan, para pekerja bersepakat memberikan uang seadanya kepada Nyonya Pulung.
Kegiatan itu menjadi cikal bakal usaha warung nasi jamblang Nyonya Pulung. Pada saat itu, lauk pauk nasi jamblang yang ditawarkan bagi para pekerja hanya ada tujuh macam, yakni dendeng laos, kebuk goreng (paru), sambal goreng, tempe goreng, tahu goreng, sayur tahu, dan ikan asin panjelan (cucut).
Saat ini warung nasi Jamblang nyonya Pulung berganti nama menjadi Nasi Jamblang Tulen. Kini bisnis turun temurun ini masih dikelola dan berdiri dengan kesederhanaan dari generasi ke generasi dan menyebar ke seluruh Kabupaten dan Kota di Cirebon.
Begitulah asal usul nasi Jamblang khas Cirebon, dari masa kolonial hingga sekarang dikenal oleh masyarakat.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta