Demi terwujudnya keinginan itu, Abah bahkan rela jual sawah miliknya. "Kami semua menyetujui jual sawah karena semua anak sudah mendapatkan bagiannya masing-masing. Rumah juga, semua anaknya sudah dibuatkan," ungkapnya.
Setelah dipastikan jadi salah satu Calhaj tahun ini, Nuriah menjelaskan, dia bersama dua adiknya sepakat patungan masing-masing Rp5 juta untuk memberi bekal dan keperluan Abahnya selama di Tanah Suci.
Namun uang hasil urunan itu dititipkan kepada ketua regu. Menurut Nuriah, lantaran usia yang sudah sepuh, si Abah sering lupa ketika menyimpan barang, termasuk uang. Bahkan kakek 95 tahun itu sudah tidak mampu mengenal nilai uang.
"Itu untuk sewa kursi roda saat menunaikan rukun haji. Karena tidak mampu berjalan cepat seperti jemaah lain," papar Nuriah.
Selain uang, anak-anak Abah juga membekali berbagai jenis makanan. Hal itu lantaran si Abah sudah tidak mampu memakan makanan yang keras.
“Karena tidak bisa makan makanan yang keras, saya bekali abon, uyah suuk (semacam oreg kering yang terbuat dari kacang tanah dan garam), dan kecap. Camilannya dibekali biskuit,” bebernya.
Kendati usianya yang sudah renta, tetapi Abah bisa dikatakan sangat jarang sakit. Itu pula yang diharapkan Nuriah dan adik-adiknya selama sang Abah menjalankan rukun Islam yang ke-5 itu. "Ayah itu sosok yang cukup sabar," jelas dia mengenang sifat sang ayah.
Selain urunan uang tunai dan bekal camilan, sebagai bentuk kecintaan anak-anaknya kepada si Abah, keluarga rutin mengadakan pengajian Yasin di rumah, dengan mengundang tetangga sekitar.
Hal itu dilakukan sejak Abah Juhani berangkat ke Tanah Suci untuk ibadah haji.
Dengan pengajian itu, berharap sang ayah diberi kesehatan dan kelancaran selama menjalankan ibadah haji yang sangat diidam-idamkannya sejak lama itu.
Editor : Hikmatul Uyun