Intip Kisah Sukses Perjalanan Bisnis Bluebird, Dari Narik Bajaj Hingga Miliki Ribuan Armada

JAKARTA, iNewsCirebon.id - Kisah perjalanan bisnis Bluebird tak lepas dari ide pendirinya, yakni Mutiara Siti Fatimah Djokosoetono. Bagaimana perannya dan perjalanan Bluebird hingga menjadi salah satu pemain industri transportasi darat di Indonesia? Simak ulasan singkat berikut.
PT Blue Bird Tbk adalah salah satu perusahaan transportasi ternama di Indonesia. Meskipun kini taksi aplikasi telah menjamur, bisnis angkutan Bluebird terbukti mampu bertahan, bahkan beradaptasi untuk turut menerapkan inovasi teknologi pada layanannya
Sejarah taksi biru itu dimulai oleh Mutiara Siti Fatimah Djokosoetono yang mengusulkan kepada ketiga anaknya untuk menjadikan dua unit mobil hadiah sebagai taksi.
Mutiara adalah istri dari Djokosoetono, seorang pakar hukum yang turut mendirikan Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian dan Akademi Hukum Militer. Djokosoetono juga pernah menjadi dekan pertama Fakultas Hukum UI.
Mutiara dan keluarganya tinggal di Jalan H.O.S Cokroaminoto, Jakarta. Sebelum ditinggal suaminya berpulang ke tuhan, Mutiara pernah berbisnis telur bersama anak-anaknya, Purnomo Prawiro dan Chandra Suharto.
Sang ibu membeli bemo dari Departemen Perindustrian dan menyerahkannya kepada kedua putranya untuk narik di rute Harmoni-Kota.
Keluarga Djokosoetono mendapat hadiah dari PTIK dan AHM berupa dua mobil sedan, Opel dan Mercedes. Tak lama setelah sang suami berpulang, Mutiara mengusulkan ide kepada anak-anaknya—Purnomo, Chandra, dan Mintarsih—agar mobil dijadikan taksi.
Editor : Miftahudin