KABUPATEN CIREBON, Inews.id - Keratwan Singhapura adalah salah satu kerajaan yang berada di pesisir pantai Utara atau tepatnya sekarang berada di desa Mertasinga, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon.
Keratwan Singhapura adalah satu-satunya kerajaan Islam pertama pada saat itu, itu tertuang dalam buku Jejak-jejak Laksamana Cheng Hwa di Keratwan Singhapura Cirebon, karya Dr. Achmad Opan Syafari Hasyim M. Hum., Yang menyebut kan Ki Gedheng Tapa adalah Raja Singhapura kedua setelah Ki Gedheng Sedhang Kasih atau Ki Gedheng Surawijaya Sakti.
Dari hasil perkawinan Ki Gedheng Tapa dengan Nyai Mas Ratna atau Nyai Mas Ratu Syarifah mendapatkan putri yang diberi nama Nyai Subang Kranjang, yang kelak akan menikah dengan Raden Manah Rarasa atau yang lebih dikenal dengan Prabu Siliwangi.
Keratwan Singhapura, pada saat itu mempunyai pelabuhan terbesar sepanjang pantai Utara yang dikenal dengan Pelabuhan Muara Jati. Pelabuhan ini juga pernah disinggahi oleh pasukan perang Kerajaan Cina yang dipimpin Laksamana Cheng Hwa.
Keberadaan Pelabuhan Muara Jati yang sangat sentral untuk untuk transportasi laut pada saat itu, membuat Keratwan Singhapura menjadi kerajaan yang besar, ini terlihat dari wilayah kekuasaan dari Keratwan Singhapura ke Kerajaan Surantaka.
Islam sudah masuk ke Keratwan Singhapura jauh sebelum lahirnya Kerajaan Cirebon. Ki Gedheng Tapa yang notabene adalah buyut dari Sunan Gunung Jati, sudah memeluk agama Islam, yang dibuktikan dengan bentuk batu nisan kuburannya khas kuburan muslim. Begitupun anaknya, Nyai Subang Kranjang juga dipercaya masyarakat sudah memeluk Islam.
Bukti lain dari Islamnya kedua tokoh ini adalah terdapat fakta sejarah berlabuhnya armada Laksamana Cheng Hwa di Pelabuhan Muara Jati di Singhapura (sekitar 1405-1422 M). Armada ini membawa serta para ulama yang menyebarkan Islam mula-mula di Jawa Barat, Syekh Quro Karawang dan Syekh Nurjati.
Dari perkawinan Nyai Subang Keranjang dengan Prabu Siliwangi dikaruniai 2 putra dan 1 putri, yakni Pangeran Walangsunga atau Pangeran Cakrabuna, Nyai Rarasantang atau Syarifah Mudaim (Ibu Kandung Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati) dan Pangeran Raja Sengara.
Editor : Miftahudin