INDRAMAYU, iNews.id - Masjid Bondan yang usianya mencapai 600 tahun ini terletak di Kampung Bondan Barat (dahulu Blok Sapuangin), Desa Bondan, Kecamatan Sukagumiwang, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Masjid kuno ini sudah barang tentu memiliki kisah dan legenda yang unik. Salah satunya menjadi saksi bisu perjuangan cinta Nyi Mas Ratu Kencana Wungu dengan Syekh Datul Kahfi.
Seperti yang dilansir dari kebudayaan.kemendikbud.go.id, dikisahkan ada 2 bersaudara dari Majapahit yang bernama Ki Rakinem dan Nyimas Ratu Kencana Wungu. Keduanya adalah pengembara yang sekaligus juga menyiarkan agama Budha.
Dalam perjalanannya, mereka menyusuri pegunungan yang terletak di Jawa bagian barat dengan menggunakan gethek (rakit yang terbuat dari bambu), menyusuri Sungai Cimanuk menuju ke muara.
Setelah beberapa hari, keduanya beristirahat di suatu tempat yang agak ramai, yang saat ini tempat itu disebut Desa Bondan.
Karena kepandaiannya, keduanya dapat diterima oleh masyarakat desa tersebut, bahkan Ki Rakinem menjadi panutan sehingga keduanya tidak mengalami kesulitan dalam menyiarkan agama Budha.
Masyarakat menobatkan Ki Rakinem sebagai Ki Geden Bondan yang artinya orang yang menjadi panutan orang banyak.
Dikarenakan belum ada tempat berkumpul untuk bermusyawarah dan mengajarkan agama Budha, maka didirikanlah “cangkop” (pesanggrahan/balai), yang terletak di Desa Bondan Barat bagian utara, tepat di pinggir Sungai Cimanuk yang pada masa itu merupakan jalur lalu lintas air yang banyak dilakui orang. Dengan demikian, diharapkan akan banyak orang singgah di sana dan mengikuti ajaran Budha.
Agar diterima oleh masyarakat sekitar, Ki Geden Bondan menggunakan berbagai cara dalam menyiarkan ajarannya, di antaranya adalah dengan menjadikan Nyi Mas Ratu Kencana Wungu sebagai penari ronggeng dan penari topeng pada saat masyarakat mengadakan upacara adat “Munjungan”, yang merupakan pesta adat menjelang musim hujan dengan menggunakan hiburan Wayang Kulit, Topeng, dan Ronggeng.
Karena kecantikannya, Nyi Mas Ratu Kencana Wungu dapat menarik orang untuk menonton. Dengan demikian diharapkan semakin banyak orang yang akan mengikuti ajaran Ki Geden Bondan.
Editor : Miftahudin