Dalam perjalanan, mereka berdua merasa ragu, apakah akan melanjutkan tugasnya ataukah lebih baik melarikan diri.
Jam 4 pagi, mereka baru tiba di hutan sebelah timur Desa Bondan. Kemudian mereka beristirahat dan melakukan sholat Subuh. Pada saat beristirahat tersebut, Nyi Mas Ratu Kencana Wungu melihat ada seekor banteng yang sangat besar dan menakutkan mendekati mereka.
Setelah sholat subuh, banteng tersebut dapat dijinakkan dan ditangkap. Pada saat ini, tempat dimana Syekh Datul Kahfi bersiap-siaga menangkap banteng tersebut dinamakan Blok Siaga.
Setelah tertangkap, kemudian banteng tersebut dituntun dengan selendang Nyi Mas ratu Kencana Wungu ke arah selatan. Belum jauh dari tempat tersebut, dia mengucapkan kata “Bongkoran” yang artinya gagal pembunuhan, sehingga pada saat ini, tempat tersebut dinamakan Blok Bongkoran.
Pada pagi harinya, acara Munjungan segera dimulai. Para pengikut Ki Geden Bondan sangat riang gembira dan berteriak-teriak secara riuh rendah.
Mereka mengira bahwa Syekh Datul Kahfi telah pergi jauh bahkan dianggap telah meninggal. Sedangkan para pengikut Syech Datul Kahfi berkumpul di suatu tempat untuk “medukuan” (menunggu) kedatangannya dengan rasa cemas.
Pada saat ini, tempat tersebut dinamakan Blok Dukuh. Di tengah hiruk-pikuk para pendukung kedua belah pihak, tiba-tiba dari arah timur muncul Nyi Mas Ratu Kencana Wungu menuntun banteng yang telah ditangkapnya bersama Syekh Datul Kahfi dengan sehelai selendang. Melihat kejadian tersebut, Ki Geden Bondan merasa sangat geram dan memutuskan untuk mengadu kesaktian dengan Syekh Datul Kahfi.
Editor : Miftahudin