CIREBON, iNewsCirebon.id - Bau menyengat menyeruak dari sumur-sumur di Kelurahan Argasunya, Kota Cirebon. Air yang dulu jernih kini berubah keruh, beraroma lindi, dan tak lagi layak digunakan. Warga mencurigai, sumber masalah itu berasal dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kopiluhur yang berdiri angkuh di atas perkampungan.
Di Kampung Kalilunyu, Sri Hayati (47) hanya bisa menatap getir sumur di halaman rumahnya. Sudah dua tahun ia tak lagi memanfaatkan air itu untuk mandi atau mencuci. “Kulit saya pernah gatal-gatal. Baunya seperti limbah. Saya yakin ini dari TPA di atas sana,” ujarnya, Jum'at (8/8/2025).
Setiap musim hujan, katanya, air sumur kian pekat. Lindi mengalir dari gunungan sampah di TPA, meresap ke tanah, lalu menyusup ke sumber air warga. Saat kemarau, bau tak sedap tetap menggantung, meski warna air sedikit lebih terang.
Sri kini bergantung pada air galon untuk minum dan memasak. “Kalau tidak diperbaiki, ya tutup saja TPA itu. Sudah terlalu lama kami seperti ini,” ucapnya.
Metode Usang, Dampak Nyata
Asep Hidayatullah, Ketua RT 04 Kampung Kalilunyu, menegaskan TPA Kopiluhur sudah lama menampung sampah bukan hanya dari Kota Cirebon, tetapi juga sebagian wilayah Kabupaten Cirebon. Lokasinya berada di ketinggian, kurang dari satu kilometer dari rumah warga.
“Bentuk pencemaran ini nyata. Air bersih kami terkontaminasi. TPA ini masih dikelola dengan metode open dumping — cara lama yang sudah lama dilarang Kementerian Lingkungan Hidup,” kata Asep.
Editor : Miftahudin
Artikel Terkait
