KABUPATEN CIREBON, iNews.id - Mendirikan sebuah sekolah bukan mimpi Bripka Dedi Rustandi, hanya saja rasa empati terhadap anak-anak yang terpaksa putus sekolah karena faktor ekonomi, membuat dia bertekad membangun sebuah pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) atau Sekolah paket Indra Abdi Utama yang berlokasi di Desa Mertapada, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon.
Dia adalah seorang anggota polisi Polresta Cirebon yang bertugas sebagai babinkamtibmas di Desa Penpen di Polsek Mundu, Kabupaten Cirebon.
Tahun 2019 merupakan tahun pertama Bripka Dedi perlahan membulatkan tekadnya.
Dia mendapat rekomendasi dari Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon dan didukung perangkat desa setempat untuk mendirikan sekolah paket untuk masyarakat tidak mampu.
Sekolah tersebut mulai beroperasi sejak 2020, setelah seluruh persyaratan mendirikan sekolah terpenuhi dan disetujui juga siswanya tercatat secara resmi dalam data pokok pendidikan (dapodik) oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon.
Bermodalkan sebuah rumah milik kerabatnya yang disewa berlokasi di Desa Mertapada Kulon, Kecamatan Astana Japura, Kabupaten Cirebon. Dia mengubah fungsi rumah tersebut menjadi sekolah.
Layaknya sebuah sekolah, PKBM atau sekolah paket yang dikembangkan Bripka Dedi memiliki struktur kepemimpinan, lengkap dengan 9 guru atau yang biasa disebut tutor.
Bripka Dedi Rustandi menjabat sebagai Kepala Sekolah, merangkap sebagai guru Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
Begitupun 9 orang lainnya, setiap bidang juga merangkap sebagai tenaga pengajar. Pelajaran yang didapat siswanya mulai dari Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, PKN, IPA, dan IPS.
"Harus nya 18 tenaga pengajar, Tapi baru ada 9 tenaga pengajar. 9 orang itu sudah termasuk staf, bagian administrasi, sekertaris, humas, dan wali kelas," katanya, Kamis 31 Maret 2022.
Seluruh orang yang terlibat didalamnya, bekerja secara sukarela memberikan pemenuhan pendidikan kepada anak-anak kurang mampu yang putus sekolah.
"Ada dari anggota polisi juga yang mengajar ada juga dari tetangga saya seorang guru yang mau mengajar, berjalan secara sukarela saja," ungkapnya.
Awalnya, Bripka Dedi hanya memiliki empat siswa saja. Bahkan generasi pertamanya bersekolah dengan menggunakan ruang kelas milik sekolah lain.
"Awalnya numpang ke sekolah yang ada di Astana Japura, data siswanya juga numpang ke sekolah itu, tapi tetap pakai sekolah kejar paket atau program pendidikan kesetaraan," bebernya.
Hingga kini, Bripka Dedi memiliki ratusan siswa yang merupakan anak-anak tidak mampu di wilayah Mertapada, Astanajapura, Kabupaten Cirebon.
"Saya kasi pendidikan gratis, mulai dari sekolah paket A, paket B, dan paket C atau setara dengan SD, SMP dan SMA," jelasnya.
Jika dirupiahkan, untuk satu ijazah sekolah melalui program pendidikan kesetaraan membutuhkan biaya sekitar Rp3.000.000.
"Memang banyak sekolah pendidikan kesetaraan tapi berbayar kebanyakan biayanya itu Rp3 jutaan, ini juga yang memberatkan keluarga tidak mampu untuk menyekolahkan anaknya," tuturnya.
Oleh karenanya, Bripka Dedi menggratiskan biaya sekolah program pendidikan kesetaraan untuk anak-anak yang berasal dari keluarga tidak mampu.
"Saya cari anak-anak yang putus sekolah dari desa ke desa, sampe ketingkat RT/RW, agar mau bersekolah, memiliki ijazah supaya bisa mendapat kehidupan yang layak, dan bisa membantu ekonomi keluarga," ujarnya.
Hingga kini, semangatnya membesarkan sekolah paket yang didirikannya tersebut sebagai wujud motivasi dari mendiang kedua orang tuanya.
"Pesan kedua orang tua saya yang selalu saya ingat itu agar bisa bermanfaat untuk masyarakat," tutupnya.
Editor : Miftahudin
Artikel Terkait