Dewa hadir kali ini, menggabungkan berbagai genre musik menjadi satu pop, rock, bahkan jazz menciptakan alternatif baru bagi lanskap musik Indonesia saat itu.
Pada saat itu ada teman yang Menanyakan ide tersebut, dan salah satu teman sekelas Wawan bernama Harun menawarkan investasi Rp 10 juta untuk membantu teman-temannya menghasilkan master rekaman. Meski punya uang sedikit, mereka terpaksa pindah ke Jakarta karena tak ada studio musik di Surabaya yang bagus.
Saat di Jakarta, Dewa selesai membuat album debut mereka. Setelah itu, Andra, Ari, Erwin, dan Wawan kembali ke Surabaya, namun Dhani tetap tinggal di Jakarta untuk mencari perusahaan rekaman yang siap merilis mereka.
Pada saat itu Team Records mangambil Project album Master rekaman milik Dewa, Setelah sukses meluncurkan KLa Project, Jan Djuhana dari Team Records.
Dewa merilis album debutnya pada tahun 1992 dengan nama 19, mencerminkan rata-rata usia timnya saat itu, yaitu 19 tahun. Sejak itu, terjadi kesalahpahaman di kalangan penggemar karena band ini dikenal dengan nama "Dewa 19" sebagai judul sampul album itu ditambah dengan nama "Dewa".
Tanpa diduga, album debut mereka melejit dan sukses secara komersial, sehingga memaksa Team Records yang masih di taraf label sederhana meminta Aquarius Musikindo mengambil alih produksi album tersebut.
Single “Kangen” dan “We’re Not in Love Anymore” yang berasal dari album ini sukses memikat hati para pecinta musik Tanah Air. Pandawa Lima, adalah album keempat Dewa 19, diterbitkan pada tahun 1997 dan menampilkan penyanyi vokal Ari Lasso, gitar Andra Junaidi, bass Erwin Prasetya, keyboard Ahmad Dhani, dan drum Wong Aksan.
Pada ajang penghargaan Musik Indonesia tahun 1997, Dewa 19 sukses menyabet enam penghargaan dengan album ini, antara lain "Lagu Alternatif Terbaik", "Lagu Umum Terbaik", "Grup Alternatif Terbaik", "Album Rhythm & Blues Terbaik", dan "Album Rhythm & Blues Terbaik" Sampul Album Terbaik."
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta
Artikel Terkait