3. Seinendan
Dibentuk mulai pada 9 Maret 1943, jumlah anggota Seinendan tercatat mencapai 3.500 orang dan berkembang hingga 500.000 orang pada akhir pemerintahan Jepang di Indonesia. Dalam melakukan perekrutan, Seinendan beranggotakan pemuda berumur 14-22 tahun. Seinendan atau Barisan Pemuda dibentuk untuk melatih dan mendidik pemuda agar mampu menjaga dan mempertahankan Tanah Air secara mandiri. Tujuan terselubung dari Seinenden adalah agar Jepang mempunyai kekuatan cadangan untuk menghadapi Sekutu dalam Perang Pasifik.
4. Keibodan
Keibodan merupakan barisan pembantu polisi yang dibentuk pada 29 April 1943. Tujuan utamanya adalah membantu tugas kepolisian Jepang di Indonesia seperti mengatur lalu lintas dan pengamanan desa. Anggota Keibodan berasal dari pemuda Indonesia berusia 23-25 tahun dengan syarat utama adalah sehat secara fisik dan berkepribadian baik.
5. Fujinkai
Organisasi bentukan Jepang khusus para wanita atau biasa disebut perkumpulan wanita atau Fujinkai dibentuk Agustus 1943 dengan anggota para wanita berumur 15 tahun ke atas. Fujinkai melakukan tugas-tugas sosial seperti pemberantasan buta huruf, membangun fasilitas kesehatan dan pendidikan, menggalakkan berkebun, dan lain-lain. Namun dalam perjalanannya Fujinkai juga dilatih oleh pendidikan militer sederhana pada saat kondisi mulai memanas untuk membantu perang melawan Sekutu pada 1944 dan menjadi pasukan Srikandi.
Dalam pertempuran, Fujinkai bertugas melakukan mobilisasi tenaga perempuan untuk mendukung tentara Jepang dalam Perang Pasifik. Tugas lainnya adalah menjadi tim paramedis, memasak, serta memberikan hiburan pada tentara Jepang dan PETA. Pada masa kemerdekaan, Fujinkai dibubarkan ssetelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, dan melalui kongres pada 16 Desember 1945, mantan Fujinkai kemudian bergabung menjadi Persatuan Wanita Indonesia (Perwari).
6. Jibakutai
Organisasi bentukan Jepang pada 8 Desember 1944, Jibakutai terinspirasi oleh penerbang bunuh diri Kamikaze. Meskipun sebagai pasukan berani mati atau lebih sering disebut sebagai pasukan bunuh diri, Jibakutai dibentuk hanya sebagai pendukung tentara Jepang. Jumlah keseluruhan anggota Jibakutai mencapai lebih dari 50.000 orang yang berasal dari para intelektual seperti guru dan redaktur media massa. Setelah proklamasi kemerdekaan, Jibakutai mengubah namanya menjadi Barisan Berani Mati (BBM) dan menunjukkan aksinya ketika perang melawan Sekutu di Surabaya pada 10 November 1945.
Editor : Miftahudin
Artikel Terkait