OJK Cirebon Dorong Penguatan Intermediasi Terhadap Kinerja BPR se Ciayumajakuning

KOTA CIREBON, iNewsCirebon.id – Kinerja 18 Bank Perekonomian Rakyat (BPR) di wilayah Ciayumajakuning (Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Majalengka, dan Kabupaten Kuningan) mengalami kontraksi sepanjang tahun 2024. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Cirebon mencatat, penurunan ini tercermin dari melemahnya sejumlah indikator keuangan, termasuk kredit yang disalurkan, Dana Pihak Ketiga (DPK), dan total aset.
Kepala OJK Cirebon, Agus Muntholib, menyampaikan bahwa kredit BPR di Ciayumajakuning turun 3,23 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp2 triliun. “Penurunan ini sejalan dengan kontraksi DPK sebesar 1,53 persen yoy menjadi Rp2,19 triliun serta aset yang melemah 4,79 persen yoy menjadi Rp2,72 triliun,” ujarnya, Senin (17/3).
Ia menjelaskan, kondisi ini dipengaruhi oleh strategi penyaluran kredit dan penghimpunan dana yang sangat bergantung pada faktor ekonomi dan segmen pasar, di mana mayoritas nasabah BPR di wilayah ini berasal dari sektor perorangan dengan jenis kredit konsumtif dan modal kerja.
Meskipun rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) BPR masih terjaga di level 31,18 persen, angka ini mengalami sedikit penurunan 12,68 persen dibanding tahun sebelumnya. Di sisi lain, rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) bruto meningkat menjadi 20,46 persen atau naik 4,04 persen yoy. Menurut Agus, lonjakan NPL ini disebabkan oleh berakhirnya kebijakan restrukturisasi kredit akibat pandemi COVID-19.
Untuk mengatasi tantangan ini, OJK Cirebon terus mendorong BPR agar memperkuat fungsi intermediasi. “Kami mengarahkan BPR agar lebih aktif membiayai pelaku usaha mikro dan kecil (UMK) sesuai dengan program Roadmap Pengembangan dan Penguatan BPR dan BPRS 2024-2027,” tegasnya. Ia berharap upaya ini dapat meningkatkan peran BPR dalam mendukung pertumbuhan ekonomi lokal.
Terkait distribusi kredit, tiga sektor utama yang menjadi fokus penyaluran BPR di Ciayumajakuning adalah sektor bukan lapangan usaha lainnya (46,44 persen atau Rp1,008 triliun), sektor perdagangan besar dan eceran (34,88 persen atau Rp757,67 miliar), serta sektor pertanian, perburuan, dan kehutanan (4,43 persen atau Rp96,20 miliar).
Secara regional, kontribusi kredit BPR Ciayumajakuning terhadap total penyaluran kredit BPR di Jawa Barat mencapai 15,93 persen per Desember 2024. DPK yang dihimpun BPR di wilayah ini menyumbang 17,13 persen dari total DPK BPR di Jawa Barat, sedangkan porsi aset BPR Ciayumajakuning terhadap total aset BPR di Jawa Barat mencapai 15,16 persen.
Agus menegaskan, meskipun menghadapi tantangan, BPR di wilayah ini masih memiliki potensi untuk tumbuh dengan strategi yang tepat. “Kami akan terus mengawal penguatan tata kelola dan mitigasi risiko, agar BPR tetap bisa memberikan kontribusi positif bagi perekonomian daerah,” pungkasnya.
Editor : Miftahudin