Polemik Ijazah Jokowi Ini Pandangan Pakar Forensik Digital dan Kagama Cirebon

CIREBON, iNews.id – Perdebatan seputar keaslian ijazah Presiden Joko Widodo (Jokowi) terus mencuat dan menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat, termasuk di antara para alumni Universitas Gadjah Mada (UGM).
Meski klarifikasi telah berulang kali disampaikan oleh pihak-pihak terkait, namun isu ini kembali mengemuka dan menimbulkan kegaduhan di ruang publik. Opini masyarakat pun terpecah, sebagian mendukung keaslian dokumen tersebut, sementara sebagian lainnya tetap menyangsikan.
Polemik bermula saat sejumlah pihak meragukan legalitas ijazah sarjana Jokowi yang diterbitkan oleh UGM. Pihak universitas maupun Istana telah menyatakan dengan tegas bahwa ijazah tersebut sah dan otentik. Namun demikian, keraguan masih berlanjut, disertai desakan agar dilakukan pembuktian lebih rinci.
Belakangan, sejumlah tokoh publik, analis politik, hingga alumni UGM mulai angkat bicara. Ada yang menyuarakan pembelaan terhadap Presiden, namun tak sedikit pula yang mendorong agar isu ini dituntaskan dengan bukti konkret.
Persoalan ini pun kini menyeret banyak pihak dalam perdebatan terbuka antara pendukung dan pengkritik Presiden Jokowi.
Dalam sebuah konferensi pers di Sekretariat Keluarga Alumni UGM (Kagama) Cirebon, Jalan Brigjen Dharsono, Kabupaten Cirebon, pakar forensik digital Rismon Hasiholan menyampaikan pandangannya. Ia mengimbau para alumni UGM, khususnya angkatan tahun 1980-an, untuk angkat suara merespons polemik tersebut.
"Kalau memang benar, seharusnya polemik ini tidak perlu berlarut-larut. Pak Jokowi mestinya bangga menunjukkan ijazah UGM-nya secara terbuka kepada media. Itu cara paling sederhana untuk mengakhiri kontroversi ini," ujarnya.Rabu (23/4).
Menanggapi laporan ke Bareskrim Polri yang menyebut namanya bersama tiga orang lainnya, Rismon menyatakan siap untuk diperiksa.
"Saya akan hadapi prosesnya. Selama saya berpegang pada prinsip kebenaran ilmiah, saya tidak akan mundur sedikit pun. Jika tuduhannya pencemaran nama baik, saya rasa itu tidak berdasar. Semua analisa saya bisa diuji secara terbuka, bahkan oleh pihak kepolisian," tegasnya.
Di tempat yang sama, Ketua Kagama Cirebon, Heru Subagia, menyampaikan bahwa lembaganya tetap bersikap kritis terhadap polemik ini.
"Kagama Cirebon berkomitmen menjadi kekuatan yang mendorong transparansi, terlebih karena Pak Jokowi adalah bagian dari keluarga besar UGM. Niat kami justru untuk membantu beliau menunjukkan ke publik bahwa dirinya memang benar lulusan UGM," jelas Heru.
Heru juga menyoroti kurangnya dukungan dari institusi UGM terhadap para alumninya.
"Saya harus katakan dengan jujur, ada semacam distorsi dalam kepedulian alumni. Mungkin karena kejenuhan, ketidakpedulian, atau karena afiliasi politik tertentu, sebagian alumni justru menganggap kami sebagai pihak yang berseberangan," tuturnya.
Ia pun menyerukan agar tokoh-tokoh alumni seperti Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo tidak bersikap pasif dalam menyikapi isu yang berkembang ini.
Editor : Miftahudin