JAKARTA, iNews.id - Fenomena Blue Moon akan terjadi pada Minggu (22/8/2021). Tentu saja, Blue Moon ini bukan benar-benar Bulan menjadi biru, tapi hanya julukannya saja.
Menurut Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), asal-usul historis istilah ini masih simpang siur dan kebanyakan pihak menganggapnya sebagai kesalahan interpretasi.
Sementara Bob Berman, astronom untuk layanan penyiaran ruang angkasa Slooh, pada 2016 lalu juga telah menegaskan itu bukanlah istilah sains.
Menurutnya, istilah Blue Moon berasal dari 1940-an tetapi tidak digunakan secara luas sampai beberapa dekade yang lalu. Sebab, melansir dari Space, dalam kebanyakan kasus fenomena astronomi, nama mengacu pada beberapa hubungan antara posisi atau fase bulan dan kalender Gregorian.
Selain Blue Moon, fenomena Bulan memiliki beberapa julukan unik. Misalnya Bulan Hitam atau Black Moon, yang salah satu definisi yang umumnya adalah fase Bulan baru kedua dalam sebulan. Bulan melewati beberapa fase yang bisa dilihat berdasarkan pengamatan dari Bumi.
Biasanya selama Bulan purnama terjadi, seluruh cakram akan terlihat. Sedangkan selama Bulan baru, tidak ada cakram yang terlihat karena sisi jauh Bulan diterangi oleh Matahari, dan meninggalkan sisi yang menghadap ke Bumi dalam bayangan.
Kemudian Bulan juga memiliki julukan Blood Moon. Fenomena ini terjadi selama Gerhana Bulan total, ketika Bumi melintas di antara Matahari dan Bulan, dan menghalangi cahaya Matahari jatuh langsung ke Bulan.
Sebaliknya, Bulan menerima sedikit cahaya dari tepi atmosfer Bumi, yang mengubah cahaya dan permukaan Bulan menjadi merah. Terakhir ada istilah Supermoon, yang terjadi ketika Bulan berada pada titik terdekatnya dengan Bumi. Meskipun peningkatan kedekatan ini membuat Bulan tampak sedikit lebih besar di langit, perubahannya sangat kecil sehingga sebagian besar pengamat langit tidak akan menyadari perbedaannya.
Editor : Miftahudin