KOTA CIREBON, iNews.id - Taman Kaputren Nur Giri Sapta Negara sebelumnya menjadi taman bermain keluarga Kasultanan Cirebon pada saat itu, namun Taman Kaputren Nur Giri Sapta Negara yang berubah fungsi sebagai tempat pemakaman atau Pasarean Sunan Gunung Jati, maka di buatkan Taman Kaputren Panyepi Ing Raga atau yang sekarang dikenal dengan sebutan Goa Sunyaragi.
Gua Sunyaragi pertama kali digunakan pada tahun 1596 M ini mengacu pada Sandra Cangkala (bulan dan waktu) dan Sultan yang meresmikan adalah Pangeran Emas Zainul Arifin (yang merupakan cucu Sunan Gunung Jati).
Adapun yang membangun Goa Sunyaragi diantaranya : Panembahan Losari, Raden Sepat (salah satu arsitek dari Kerajaan Demak), Pangeran Wisanggeni, Syekh Bucu, Pangeran Kertasari, Pangeran Ameng-ameng, Syekh Mahmud dan Pangeran Juru Taman.
Dibawah kekuasaan Pangeran Emas pada saat itu, Goa Sunyaragi masih belum sempura dan pembangunan pun di lanjutkan pada kepemimpinan Dipati Arya Carbon. Pada jaman Dipati Arya Carbon ini, Goa Sunyaragi juga dibangunkan Bangsal Jinem, Padang Ati, Gua Pawon, Gua Lawa dan Gua Pengawal.
Setelah itu, di era Sultan Sepuh IV (Pangeran Djaenudin Amir Sena II) Goa Sunyaragi mulai di percantik dengan dibangunnya Gua Arga Jumad, dan Balai Kembang.
Dan pada era Sultan V (Pangeran Sjafiudin/Sultan Matangadji) pelataran pandai kemasan. Pelataran pandai kemasan ini diperuntukkan untuk ahli pembuat senjata seperti tombak, golok, keris dan kerajinan lainya yang di pergunakan untuk kepentingan buah tangan masyarakat setelah berkunjung ke Goa Sunyaragi.
Pada saat itu, Sultan Matangaji pun menggandeng Suku Khe gang terkenal dengan ahli perdagangan, dengan melihat potensi yang besar di Goa Sunyaragi saat itu, Suku Khe mencoba membuat cendera mata khas Cirebon untuk oleh-oleh pengunjung Gua Sunyaragi.
Tidak hanya itu, di pelataran pande kemasan ini juga dibuatnya perlengkapan tempur untuk Prajurit Kraton Kasepuhan pada saat itu.
Berkembangnya yang sangat pesat dari Goa Sunyaragi ditambah aktifitas pelataran pandai kemasan ini dicurigai oleh Belanda saat itu, sampai pada akhirnya Sultan Matangaji pun di amankan oleh pihak Belanda.
Setelah Sultan Matangaji meninggal, Pelataran pandai kemasan pun ditutup oleh Belanda dan tempat itu pun diratakan dengan tanah.
Setelah era kemerdekaan, Gua Sunyaragi kembali di fungsinya dan juga dibuka Kembali untuk umum sebagai salah satu destinasi wisata di Kota Cirebon.
Editor : Miftahudin