Setelah menikah, Sally dan suaminya mencari cara bagaimana agar bisa mendapatkan penghasilan. Banyak yang memandang sebelah mata keluarga kecilnya ini, karena Sally dan sang suami sama-sama masih muda. Dengan tekad yang kuat dan kegigihan mereka berdua berusaha membuktikan bahwa mereka bisa sukses dan membangun keluarga yang baik kepada orang sekitarnya yang memandang sebelah mata.
Mulai Usaha
Akhirnya pada tahun 2006 Sally dan suaminya mengambil keputusan untuk berwirausaha. Dengan bermodal dari hasil pemberian amplop dari tamu pernikahannya dengan nominal Rp37 juta. Mereka bermodal Rp15 juta untuk membeli kain mori atau kain putih pilis sebagai bahan batik untuk dijual kembali. Pada saat itu keuntungan yang dimilikinya hanya Rp8 ribu dari per lembar kain. Saat itu banyak orang yang membeli kain Sally untuk dijadikan kain kafan.
Awalnya Sally tidak berpikir untuk membuat batik, karena minimnya pengetahuan mengenai kain batik. Lalu, mereka berpikir ulang dengan tidak menjual kain mori karena risikonya besar bila tidak laku. Setelah 5 bulan kemudian ia mengalami kerugian.
Sally mendapatkan saran dari mertuanya, dengan memanfaatkan kain yang tersisa dijadikan batik. Dengan bermodal Rp12 juta ia mulai berbisnis batik khas Cirebon. Sally menawarkan produk dagangannya berkeliling pasar di kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya demi mendapatkan pelanggan batiknya. Selain berjualan, ia juga bertanya ke pebisnis batik lain untuk mengetahui tentang model batik yang sedang laris di pasaran saat itu.
Punya Toko
Pada 2011, usahanya membuahkan hasil dengan memiliki 3 toko. Toko pertama yang didirikan oleh Sally Giovanny dan suami berada di Jalan Trusmi Kulon No 129. Nama Butik Batik itu adalah batik IBR.
Saat itu, mereka hanya memiliki 2 orang karyawan yang membantu mereka di toko. Seiring berjalannya waktu, batik Trusmi Sally semakin berkembang, populer, dan ramai pembeli. Karena berkembangnya kota Cirebon sebagai kota tujuan wisata memberi dampak positif dalam bisnis batik Trusmi Sally.
Editor : Miftahudin