Mereka mengklaim bahwa fasilitas itu digunakan oleh militer Iran untuk operasi yang disamarkan sebagai kegiatan sipil.
Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, menyatakan bahwa penyiar tersebut memang menjadi target dalam upaya menghentikan "propaganda dan hasutan Iran."
"Corong propaganda Iran sedang dalam proses diberangus," ujar Gallant, seperti dikutip oleh The Jerusalem Post, Selasa (17/6/2025).
Pemerintah Iran mengecam serangan ini sebagai kejahatan perang. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baqaei, menyerukan Dewan Keamanan PBB untuk segera bertindak guna menghentikan agresi Israel.
Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) yang berbasis di New York juga mengecam serangan tersebut.
"Tindakan ini mengejutkan dan tidak dapat diterima. Pertumpahan darah ini harus segera dihentikan," tulis CPJ dalam pernyataan resmi di media sosial.
Serangan ini terjadi dalam konteks konflik militer yang makin memanas antara Iran dan Israel sejak Jumat pekan lalu.
Israel sebelumnya melancarkan serangkaian serangan udara ke berbagai lokasi strategis di Iran, termasuk fasilitas pengayaan uranium di Natanz serta markas militer yang menewaskan beberapa komandan senior dan ilmuwan nuklir. Sebagai balasan, Iran menembakkan sejumlah besar rudal balistik ke wilayah Israel.
Hingga kini, ratusan warga Iran dilaporkan tewas akibat serangan Israel, sementara di pihak Israel tercatat 24 korban jiwa dan ratusan lainnya luka-luka.
Kedua negara terus saling menyerang dalam eskalasi konflik yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda.
Editor : Miftahudin
Artikel Terkait