Sri Lanka Krisis Energi Parah, Ratusan Ribu Warga Ramai-Ramai Angkat Kaki

Nanang Wijayanto
Ratusan ribu warga Sri Lanka dilaporkan angkat kaki dari negara itu. Sekolah-sekolah dan kantor pemerintah di kota besar Sri Lanka ditutup karena krisis energi yang parah. (Foto: doc. iNews.id)

JAKARTA, iNews.id - Ratusan ribu warga Sri Lanka dilaporkan angkat kaki dari negara itu. Sekolah-sekolah dan kantor pemerintah di kota besar Sri Lanka ditutup karena krisis energi yang parah. Kekurangan bahan pangan dan bahan bakar minyak (BBM) kini menghantui. 

Krisis ekonomi telah menyebabkan gejolak poltik diwarnai dengan protes di mana-mana. Polisi bersenjata terlihat berjaga-jaga dengan laras panjang menjaga objek vital seperi SPBU. 

Melansir dari The Washington Post, konfrontasi terus terjadi antara aparat keamanan dengan warga karena dilarang membeli bahan bakar di SPBU akibat pasokan menipis. 

Bahkan jalan-jalan Ibu Kota Kolombo yang biasanya ramai kini sepi seperti kota mati. 

Menteri Energi Sri Lanka meminta agar warganya bersabar untuk tidak mengantre di pom bensin dalam waktu tiga hari. Bahan bakar hanya dikhususkan untuk fasilitas penting seperti rumah sakit. 

Chandima Madusanka, seorang pengemudi becak di Kolombo, mengatakan dia menunggu dua hari untuk mendapatkan tujuh liter bensin, yang dia perkirakan hanya akan bertahan sehari. Dia mengatakan menjadi tidak mungkin untuk memberi makan keluarganya. 

"Bagaimana kita bisa hidup seperti ini?” dia bertanya dengan marah. 

Melansir dari Reuters, dalam lima bulan pertama tahun 2022, pihak imigrasi dilaporkan telah mengeluarkan 288.645 paspor, dibandingkan dengan 91.331 pada periode yang sama tahun lalu. 

Departemen imigrasi setmpat melaporkan sampai kewalahan meladeni warga yang membuat paspor. Sementara itu, pemerintah Sri Lanka dengan IMF baru akan membicarakan bailout pekan ini di Kolombo. 

Pada bulan April, negara itu menangguhkan pembayaran utang luar negerinya, yang mencapai USD51 miliar. 

Sri Lanka terjebak krisis pangan dan energi akibat kurangnya cadangan devisa yang dimiliki negara itu. Inflasi telah melonjak hingga 33%. 

Krisis devisa salah satunya disebabkan untuk membayar utang luar negeri.

Editor : Miftahudin

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network