JAKARTA, iNews.id - Apa yang terjadi jika negara bangkrut akibat salah mengelola utang? Terjadi banyak kerusuhan, kelaparan, atau banyak kota mati seperti yang diceritakan film-film.
Bangkrutnya sebuah negara berbeda dengan perusahaan. Perusahaan bangkrut biasanya akan bubar jalan, sedangkan negara yang bangkrut akan tetap ada, tapi warganya banyak yang bubar.
Melansir dari sejumlah sumber pada Kamis (23/6/2022), berikut contoh negara yang sudah mengalami kebangkrutan.
1. Yunani
Negara di Eropa Timur ini menjadi negara maju yang bangkrut. Pada 1930 atau tidak lama setelah kemerdekaan, Yunani mengambil utang perdana dengan nominal cukup besar. Tapi, utang perdana tersebut justru membuat Yunani punya kebiasaan baru, yaitu hobi utang dan terancam bangkrut 4 tahun setelahnya bahkan 66 tahun kemudian.
Tapi bukannya memperbaiki kebijakan, Yunani justru tambah boros. Kondisi ekonomi Yunani tambah parah ketika negara tersebut ikut menggunakan mata uang Euro. Yunani jadi tidak bisa mencetak uang sembarangan, padahal negaranya butuh uang.
Hal ini pun bikin utang Yunani makin melonjak, apalagi ada faktor lain yang membuat Yunani semakin sulit bayar utang. Sampai akhirnya, Yunani resmi bangkrut pada 2009.
Sebenarnya, saat itu otoritas Eropa dan swasta mau meminjamkan uang karena jika tidak dibantu nilai Euro bisa ambruk dan negara lain ikut rugi. Tapi sayangnya, pinjaman yang ditawarkan bersyarat.
Yunani diminta untuk berhemat dan meningkatkan pajak mereka sehingga bukan mengurangi utang tapi justru membuat ekonomi Yunani semakin sekarat.
2. Zimbabwe
Zimbabwe negara yang bisa dikatakan berhasil. Pada 1980, pertumbuhan produk domestik bruto (GDP) Zimbabwe mencapai 5,2 persen, padahal rata-rata pertumbuhan Gross Domestik Bruto GDP dunia hanya 1,86 persen.
Namun, lagi-lagi pemerintahan yang membuat kesalahan pengelolaan utang sehingga menjadi terpuruk. Saat belum berhasil bangkit sepenuhnya, Zimbabwe ikut serta dalam konflik Kongo membuat kehabisan devisa.
Tidak hanya itu, keterlibatan dalam konflik tersebut, Zimbabwe kemudaian diasingkan komunitas internasional. Sejak itu, Zimbabwe mulai mencetak uang dalam jumlah besar untuk membiayai masyarakat dan membawa Zimbabwe pada hiperinflasi.
Dolar Zimbabwe pun terjun bebas dan sampai sekarang dijual sebagai souvenir.
Editor : Miftahudin
Artikel Terkait