Ketiga, beras sebagai isian ketupat juga memiliki filosofi nafsu duniawi.
Keempat, ketupat yang berbentuk belah ketupat ini memiliki filosofi kuat bagi masyarakat di Jawa.
Bentuk ketupat ini dilambangkan sebagai perwujudan kiblat papat limo pancer. Ini melambangkan keseimbangan alam dalam empat arah mata angin utama, timur, selatan, barat, dan utara. Meskipun memiliki empat arah, namun hanya ada satu kiblat atau pusat.
Keempat sisi ketupat ini diasumsikan sebagai empat macam nafsu yang dimiliki manusia yang dikalahkan dengan berpuasa.
Ketupat atau kupat dalam bahasa Jawa merupakan kependekan dari Ngaku Lepat dan Laku Papat.
Ngaku lepat artinya mengakui kesalahan. Ngaku lepat ini merupakan tradisi sungkeman yang menjadi implementasi mengakui kesalahan (ngaku lepat) bagi orang Jawa.
Prosesi sungkeman yakni bersimpuh di hadapan orang tua seraya memohon ampun, dan ini masih membudidaya hingga kini.
Tradisi sungkeman ini mengajarkan akan pentingnya menghormati orang tua, bersikap rendah hati, memohon keikhlasan, dan ampunan dari orang lain, khususnya orang tua. Sedangkan laku papat artinya empat tindakan dalam perayaan lebaran. Empat tindakan tersebut adalah lebaran, luberan, leburan, dan laburan.
Lebaran memiliki makna usai, menandakan berakhirnya waktu puasa. Kata ini berasal dari kata lebar yang artinya pintu ampunan telah terbuka lebar.
Luberan memiliki makna meluber atau melimpah. Leburan memiliki makna habis dan melebur. Sedangkan laburan adalah labor atau kapur. Kapur adalah zat yang biasa digunakan untuk penjernih air maupun pemutih dinding.
Maksudnya adalah agar manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batin satu sama lain. Tak kalah dengan ketupat, opor menjadi pasangan dari ketupat.
Editor : Miftahudin