JAKARTA, iNews.id - Lebaran akan tak lengkap jika tanpa sajian ketupat dan opor. Konon, tradisi menyantap ketupat dan opor ayam saat Lebaran sudah terjadi sejak ratusan tahun lalu. Dan yang memperkenalkan ketupat dan opor ayam hingga menjadi hidangan ikonis di saat Lebaran adalah Sunan Kalijaga, saat dia memimpin Kerajaan Demak.
Sunan Kalijaga menggunakan budaya dan tradisi lokal untuk mengenalkan agama Islam agar mudah diterima, termasuk kuliner lokal, yaitu ketupat dan opor ayam.
Tentu saja, Sunan Kalijaga menggunakan pendekatan budaya dalam berdakwah karena dia memahami betul makna kuliner ketupat dan opor ayam salam budaya Jawa.
Dirangkum dari berbagai sumber, ketupat dalam tradisi dan budaya Jawa, sarat makna. Ketupat tak hanya sekadar olahan beras berbungkus daun kelapa muda, tapi juga memiliki makna mendalam. Setiap unsur dari ketupat memiliki filosofi.
Pertama, daun kelapa muda atau janur. Dalam bahasa Jawa, janur merupakan akronim dari 'Janna Nur' yang berarti cahaya surga. Akronim lain dari janur yaitu 'Jatining Nur' yang artinya hati nurani.
Kedua, proses pembuatan ketupat yang harus dianyam juga memiliki makna. Anyaman ketupat yang rumit menggambarkan keragaman masyarakat Jawa yang harus dieratkan dengan silaturahmi.
Editor : Miftahudin