Inilah Lagu-Lagu yang Viral di Tahun 2025: Menampilkan Perpaduan Tarian dan Nuansa Kedaerahan

Ia menambahkan, tren ini membuka jalan bagi musisi dari daerah yang sebelumnya kurang terekspos. “Ini adalah bentuk demokratisasi akses musik. Lagu bisa melejit dari lokal ke nasional hanya dalam hitungan minggu,” kata Aldo.
Industri musik dituntut gesit, dari distribusi digital hingga kolaborasi brand dan panggung live.
Wilayah Indonesia Timur, menurutnya, berpotensi jadi pusat pertumbuhan baru industri musik. Tantangannya adalah menjadikan viralitas ini sebagai batu loncatan menuju karier jangka panjang dan distribusi budaya yang lebih luas.
Terkait kualitas, Aldo menekankan pentingnya membedakan nilai artistik dengan resonansi pasar. Banyak lagu viral yang secara komposisi sederhana, namun kuat dalam menyuarakan identitas budaya lokal.
“Kekuatan lagu ada pada otensitas bahasa, gaya hidup, dan representasi budayanya. Lagu menjadi sarana inklusi budaya,” jelasnya.
Beberapa lagu viral ini bahkan masuk nominasi AMI Awards 2025. Lagu “Garam & Madu” dari Tenxi, Naykilla, dan Jemsii masuk kategori Kolaborasi Rap/Hiphop Terbaik dan Karya Produksi Terbaik.
Sementara lagu seperti “Tabola Bale”, “Stecu Stecu”, dan “Pica Pica” bersaing di kategori Lagu Berbahasa Daerah Terbaik.
Faris Adam lewat “Stecu Stecu” juga masuk nominasi Pendatang Baru Terbaik, bersaing dengan Fajar Noor, Prince Poetiray, Vanessa Zee, Wijaya 80, dan Zainul Basyar.
Fenomena ini menandai bahwa lagu viral bukan lagi sekadar tren sesaat, tapi bagian dari perubahan struktural dalam industri musik Indonesia.
Editor : Miftahudin