TERKINI Longsor Gunung Kuda Cirebon, Korban Tewas Jadi 20, 5 Masih Dicari

CIREBON, iNewsCirebon.id – Tim SAR gabungan kembali menemukan satu jenazah korban longsor di tambang Gunung Kuda, Desa Cipanas, Cirebon, pada Senin (2/6/2025) pukul 10.30 WIB. Penemuan ini menjadikan total korban tewas kini mencapai 20 orang.
Jenazah terakhir berjenis kelamin laki-laki, namun identitasnya belum bisa dipastikan karena kondisi tubuh yang rusak. Korban langsung dievakuasi ke RSUD Arjawinangun untuk identifikasi lebih lanjut.
Bencana longsor yang terjadi sejak Jumat, 30 Mei 2025, ini masih menyisakan duka. Hingga kini, tim pencarian terus berupaya keras menemukan 5 korban lainnya yang diduga masih tertimbun di area bekas galian C tersebut.
"Kami terus berupaya melakukan pencarian meski kondisi medan cukup berbahaya. Area longsor masih labil dan sangat rawan terjadi longsoran susulan," ujar Koordinator Lapangan BPBD Kabupaten Cirebon, Faozan.
Proses pencarian melibatkan ratusan personel gabungan dari BPBD, Basarnas, TNI, Polri, serta relawan. Kondisi tanah yang terus bergerak menjadi tantangan utama.
Dedi Mulyadi Minta Maaf Atas Tragedi Gunung Kuda, Soroti Kelalaian Izin Tambang
CIREBON – Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi (KDM), menyampaikan permohonan maaf mendalam kepada keluarga korban longsor Gunung Kuda. KDM, dalam pertemuan di Gedung Bakorwil Bale Jaya Dewata, Kota Cirebon, Senin (2/6/2025), mengakui kelalaian Dinas ESDM Jabar yang memberikan izin tambang pada 2020, padahal lokasi tersebut sudah pernah longsor.
"Saya, atas nama Pemerintah Provinsi Jawa Barat, menyampaikan permohonan maaf atas kelalaian yang dilakukan oleh Dinas ESDM Jabar, yang telah memberikan izin tambang Gunung Kuda pada tahun 2020. Padahal, sebelumnya di lokasi itu sudah pernah terjadi longsor," ujar KDM.
KDM menilai pemberian izin tersebut tidak mempertimbangkan keselamatan dan menyesalkan kurangnya pengawasan inspektur tambang. Ia juga mengungkapkan pernah mengingatkan langsung pada 2021 untuk menghentikan penambangan karena sangat berbahaya, namun aktivitas terus berjalan karena izin yang sudah ada.
Yang lebih memprihatinkan, para pekerja tambang tidak memiliki jaminan kesehatan maupun jaminan keselamatan kerja. "Tak satu pun pekerja terdaftar sebagai peserta BPJS, baik untuk jaminan kesehatan maupun keselamatan kerja. Mereka bekerja tanpa perlindungan," katanya.
KDM juga menyayangkan sikap koperasi pengelola tambang yang belum memberikan santunan kepada keluarga korban. "Tidak ada bantuan apa pun dari manajemen koperasi penyelenggara tambang. Hanya satu Ibu yang mengaku menerima Rp5 juta, yang lainnya tidak mendapatkan apa pun," ujarnya.
Sebagai bentuk tanggung jawab, KDM bersama Baznas Jabar dan Bank Jabar Peduli menyalurkan bantuan. Ia juga menjamin kebutuhan makan dan sekolah anak-anak korban, serta memberikan bantuan untuk ibu korban dalam beberapa bulan ke depan. "Ini masa kritis. Suami tidak ada, penghasilan hilang. Pemerintah harus hadir untuk memastikan mereka tetap bisa makan dan bertahan,” tegas KDM.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta