"Jadi kang Dena punya basis dan Ketika digabung oleh pak Eman yang juga punya basis itu cenderung bertambah jadi 54,8 persen," kata Burhanudin, dalam keterangan resmi survei terbaru Indikator Politik Indonesia, Rabu (25/9/2024).
"Sementara untuk pak Karena dan Koko itu belum tampak ya sinergi positifnya, yaitu hanya 33,7 persen," sambungnya.
Burhanudin menilai, faktor utama pasangan H. Eman Suherman - Dena Muhamad mengalami tren kenaikan elektabilitas, lantaran mempunyai tingkat populis dan like ability (kesukaan) yang tinggi.
"Dan ternyata, jika dipasangkan seperti sebelumnya seperti pak Eman dan Kang Dena itu cenderung kimiawinya positif ya," terangnya.
Selain itu, kata Burhanudin, alasan elektabilitas paslon Karna Sobahi-Koko Suyoko mengalami stagnasi, karena basis suara dari koalisi partai yang kurang solid. Terlebih, ideologi partai pengusung yaitu PDI-P dan PKS yang cenderung berseberangan.
"Mungkin karena pak Karna itu basis dari PDI Perjuangan, kemudian pak Koko itu dari PKS," sebutnya.
Sebelumnya, Lembaga Survei Indikator Politik melakukan survei periode 5-11 Juli 2024. Hasilnya, elektabilitas Eman Suherman-Dena Muhamad berada di puncak yakni mencapai 37,4 persen. Sementara kandidat lainnya, Karna Sobahi-Koko Suyoko hanya meraih elektabilitas 28,7 persen.
Editor : Sazili Mustofa