CIREBON, iNewsCirebon.id - Beberapa tradisi Majalengka berikut masih terus dilestarikan dan dijaga oleh masyarakat Majalengka. Majalengka merupakan surganya dunia karena menyimpan banyak destinasi wisata indah nan asri di sana.
Namun, banyaknya destinasi wisata tidak mengalahkan beragam tradisi dan adat istiadat yang dimiliki oleh Majalengka. Setidaknya ada 4 tradisi yang masih ada hingga saat ini.
Tradisi Majalengka
1.Mapag Tamba
Mapag Tamba merupakan suatu tradisi dan adat istiadat yang dilakukan oleh warga di Majalengka untuk mengawali musim tanam baru.Tradisi ini masih rutin dilakukan khususnya masyarakat Desa Pilangsari, Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka.
Dalam tradisi Mapag Tamba, para warga akan memutari setiap pelosok desa dengan berjalan kaki. Warga melakukan tradisi ini dimulai dengan berkumpul di kantor desa sekitar pukul 08.00 WIB kemudian berjalan kaki hingga menjelang tengah hari atau sekitar pukul 11.00 WIB.
2.Mapag Sri atau Munjungan
Bila disederhanakan mapag berarti menjemput, sedangkan sri yang dimaksud adalah padi. Sehingga, tradisi Mapag Sri yang dilakukan oleh masyarakat Majalengka ini memiliki arti bahwa para petani akan menjemput padi (masa panen).
Tradisi ini diartikan sebagai wujud rasa syukur para petani kepada Tuhan yang Maha Esa atas hasil panen padi yang berlimpah. Dalam pelaksanaan tradisi Mapag Sri dimulai sejak pagi hari. Seluruh petani akan berkumpul di kantor desa kemudian selanjutnya akan menuju ke sawah.
Setelah tiba di sawah, dilakukan pemotongan tanaman padi oleh sesepuh desa, kemudian lanjut oleh kepala desa. Setelah itu, biasanya sebagai hiburan, tradisi Mapag Sri atau Munjungan akan ditutup oleh pertunjukan wayang kulit.
3.Guar Bumi atau Sedekah Bumi
Tradisi itu merupakan tradisi turun-temurun dari masyarakat yang selalu dilaksanakan ketika memasuki awal musim tanam dan hampir sama dengan tradisi Mapag Tamba. Namun, dalam prosesi ini hanya diwakili 7 orang.
Ketujuh orang tersebut akan melakukan ritual untuk memohon kepada Allah SWT agar selalu diberi kemudahan dan kelancaran serta tidak ada hambatan dalam proses awal penanaman. Selain itu, mereka juga memohon kepada Allah SWT agar diberikan hasil panen yang melimpah.
4.Mandi di Sumur Keramat saat Bulan Mulud
Tradisi Majalengka yang terakhir adalah aktivitas mandi di sumur keramat di akhir bulan Rabiul Awal (bulan hijriyah) atau bulan Mulud (bulan Jawa).
Sumur yang dikeramatkan ini diyakini masyarakat desa sebagai sumur tertua bahkan sebelum desa tempat tinggal mereka ada, sumur ini sudah lebih dulu ada. Sumur ini berada di desa Pilangsari, kabupaten Majalengka.
Mandi di sumur keramat diyakini oleh para warga Majalengka sebagai tradisi untuk membersihkan jiwa dan raga dalam menyambut bulan yang suci tersebut yaitu bulan kelahiran Kanjeng Nabi Muhammad Saw.
Demikianlah tradisi Majalengka yang masih diyakini penduduknya hingga saat ini. Semoga menambah pengetahuan.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta