“Pak Totok ya biasa berbaur dengan umat Islam di sini, nggak masalah. Gereja juga sering digunakan oleh umat Katholik dari luar desa, masyarakat sini welcome banget," kata Widayat.
Saat saya berkunjung ke kediaman Totok dan Titik Umiyati, saya ditemui Titik dengan penuh keramaian. “Bapak kebetulan lagi pergi ke sawah," ujarnya. Titik mengaku meski sebagai kaum minoritas, namun ia dan suaminya hidup tenang di Desa Kajar. Meski berbeda agama, kerukunan dengan tetangganya selalu terjaga.
“Baik pak, saling membantu, saling menghargai. Di sini padahal cuma 2 orang pemeluk Katholik, saya dan suami," ungkapnya. Menjelang perayaan Natal, kegiatan yang diadakan di Gereja Kajar berupa bersih-bersih. Untuk kegiatan malam Misa Natal berlangsung di Gereja Lasem, yang kapasitasnya lebih besar. “Saya nggak buat pohon natal di rumah, pohon natal nya di Gereja. Kalau perayaan Natal, kita rayakan sederhana di sini," terang Titik. Titik menambahkan, setelah pandemi Covid-19, kegiatan peribadatan di Gereja mulai dibuka kembali, walaupun masih dalam pembatasan. Khusus Gereja di Desa Kajar, biasanya dipakai untuk umat Katholik dari Kajar, Desa Ngargomulyo dan Dusun Deles Desa Sendangcoyo.
Editor : Miftahudin