get app
inews
Aa Read Next : 4 Sumber Kekayaan Erick Tohir yang Resmi Nyalon Ketum PSSI, Capai Rp2,3 Triliun

Sejarah Sepak Bola Indonesia dari Masa Penjajahan sampai PSSI, Lahir dari Semangat Nasionalisme Rilo

Sabtu, 27 Agustus 2022 | 16:35 WIB
header img
Sejarah Sepak Bola Indonesia dari Masa Penjajahan sampai PSSI, Lahir dari Semangat Nasionalisme ( Foto : Istimewa)

JAKARTA, iNews.id - Sejarah sepak bola Indonesia dari masa penjajahan sampai PSSI menarik untuk diulas. Bagi pencinta olahraga, tidak lengkap rasanya jika tidak mengetahui awal mula perkembangan sepak bola Indonesia.

Sepak bola dikenal di Indonesia sejak dekade awal abad 20 saat masa pemerintahan Hindia Belanda. Sepak bola menjadi olahraga yang berkembang pesat dan cukup diminati di Hindia Belanda.

Hal itu terlihat dari gelaran pertandingan sepak bola antar wilayah, khususnya di Pulau Jawa. Bahkan, pertandingan saat itu telah berbentuk kompetisi.

Organisasi yang menaungi sepak bola pada masa penjajahan adalah Nederlandsch Indische Voetbal Bond (NIVB). Pada tahun 1927, organisasi tersebut berganti nama menjadi Nederlandsch Indische Voetbal Unie (NIVU). 

Organisasi sepak bola bentukan pemerintah Hindia Belanda itu tentunya berdiri sebelum terbentuknya Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) lahir.

Semangat Nasionalisme dan Lahirnya PSSI

Dilansir iNews.id dari laman resmi PSSI, Rabu (24/8/2022), kelahiran PSSI betapapun terkait dengan kegiatan politik menentang penjajahan dan semangat nasionalisme.

Tokoh penting yang mencatatkan namanya dalam sejarah sebagai pendiri organisasi induk sepak bola Indonesia adalah Ir. Soeratin Sosrosoegondo. Ia adalah pria asal Yogyakarta lulusan Sekolah Teknik Tinggi di Heckelenburg, Jerman pada tahun 1927.

Setelah kembali ke tanah air pada tahun 1928, Soeratin yang didorong oleh jiwa nasionalis tinggi terbilang aktif di bidang pergerakan. Soeratin melihat bahwa sepak bola dapat wahana untuk menyemai nasionalisme di kalangan pemuda, sebagai sarana resistensi terhadap Belanda. 

Pada tahun 1930, ia mempertemukan para tokoh organisasi sepak bola di Tanah Air untuk membahas pendirian sebuah organisasi sepak bola nasional yang mempunyai idealisme sesuai dengan cita-cita rakyat Indonesia. Tepatnya pada 19 April 1930, berkumpullah wakil - wakil dari berbagai organisasi sepak bola nasional di Yogyakarta.

Antara lain yang turut hadir adalah wakil dari perkumpulan sepak bola dari berbagai daerah. Mulai dari Voetbalbond Indonesische Jakarta (VIJ) dari Jakarta, Bandoengsche Indonesische Voetbal Bond (BIVB) dari Bandung, Persatuan Sepak Bola Mataram Yogyakarta (PSM) dari Yogyakarta, Vorstenlandsche Voetbal Bond Solo (VVB), Madionsche Voetbal Bond (MVB) dari Madiun, Indonesische Voetbal Magelang (IVBM), hingga Soerabaiasche Indonesische Voetbal Bond (SIVB) dari Surabaya.

Dari pertemuan tersebut maka, kemudian lahirlah PSSI (Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia).  

Begitu PSSI terbentuk, Soeratin dan kawan-kawan kemudian segera menyusun program yang pada intinya "menentang" berbagai kebijakan pemerintah Belanda dalam sepak bola melalui NIVB. 

PSSI sempat melahirkan "stridij program", yakni program perjuangan seperti yang dilakukan oleh partai dan organisasi massa ketika itu. 

"Kepada setiap bonden/perserikatan diwajibkan melakukan kompetisi internal untuk strata I dan II, selanjutnya di tingkatkan ke kejuaraan antar perserikatan yang disebut "Steden Tournooi" yang dimulai pada tahun 1931 di Surakarta," tulis laman resmi PSSI.

Solo dan Stadion Sriwedari jadi Saksi Sejarah Sepak Bola Indonesia

Kegiatan sepak bola kebangsaan yang digagas dan digerakkan PSSI berhasil menggugah Raja Mataram, Susuhunan Paku Buwono X. Rakyat saat itu meramaikan sepak bola di jalan-jalan atau tempat-tempat seperti di alun-alun, di mana Kompetisi I perserikatan diadakan. 

Paku Buwono X kemudian mendirikan stadion Sriwedari lengkap dengan lampu, sebagai apresiasi terhadap kebangkitan 'Sepak bola Kebangsaan" yang digerakkan PSSI. Stadion Sriwedari kemudian diresmikan pada Oktober 1933 dan semakin membuat gencar kegiatan persepakbolaan.

Lebih jauh lagi, Soeratin juga turut mendorong pembentukan badan olahraga nasional. Hal itu agar kekuatan olahraga pribumi semakin kokoh, khususnya dalam melawan dominasi penjajah Belanda. Hingga pada tahun 1938, berdirilah ISI (Ikatan Sport Indonesia), yang kemudian menyelenggarakan Pekan Olahraga (15-22 Oktober 1938) di Solo. Ini juga yang di kemudian hari menjadi cikal bakal PON pertama di Indonesia tahun 1948.

Pekan Olahraga Nasional (PON)pertama kali yang dilaksanakan di Stadion Sriwedari Surakarta/Solo pada 9 September 1948. PON dicetuskan oleh Persatuan Olahraga Republik Indonesia (PORI) yang merupakan perkembangan dari ikatan Sport Indonesia (ISI).

PSSI Semakin Berkembang Pesat

Karena PSSI semakin kuat, NIVB pada tahun 1936 akhirnya berubah menjadi NIVU (Nederlandsch Indische Voetbal Unie) dan mulai merintis kerjasama dengan PSSI. 

Sebagai tahap awal, NIVU mendatangkan tim dari Austria yakni Winner Sport Club pada tahun 1936. Dua tahun kemudian tepatnya pada tahun 1938, atas nama Dutch East Indies, NIVU mengirimkan timnya ke Piala Dunia 1938 di Prancis. 

Sayangnya, para pemain yang diboyong di Piala Dunia ketiga itu bukanlah berasal dari PSSI melainkan dari NIVU. Kendati demikian, sebenarnya 9 orang pemain pribumi / Tionghoa yang ikut.

Pekan Olahraga Nasional (PON)pertama kali yang dilaksanakan di Stadion Sriwedari Surakarta/Solo pada 9 September 1948. PON dicetuskan oleh Persatuan Olahraga Republik Indonesia (PORI) yang merupakan perkembangan dari ikatan Sport Indonesia (ISI).

Editor : Miftahudin

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut