INDRAMAYU, iNews.id - Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia (Lesbumi) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Indramayu, Jawa Barat kembali membuat gebrakan dengan mengadakan acara "Bedar Kiser Saeda Saeni" di Tugu Transmigrasi, Sasak Sewo Sukra, Jumat (12/11/2021).
Bedar Kiser Saeda Saeni juga didukung dengan antusias oleh seluruh elemen masyarakat mulai dari tingkat Forum Komunikasi Kecamatan (Forkopimcam), tokoh adat, Ormas, OKP, serta remaja dan pemuda di wilayah Kecamatan Sukra.
Acara tersebut dihadiri oleh maestro kidung Dermayu, Ki Dalang Karno serta juniornya Ki Karsa Winata sebagai pengidung utama.
Bedar Kiser Saeda Saeni ini diawali dengan doa dan tahlil bersama sebagai wujud gerakan Aswaja An Nahdhiyyah. Baru kemudian dilanjut dengan penampilan-penampilan atraksi pencak silat dari Pagar Nusa Kecamatan Sukra.
Acara Bedar Kiser Saeda Saeni di Tugu Transmigrasi, Sasak Sewo Sukra (Foto: Istimewa)
"Hal ini diupayakan mengenalkan tradisi kepada masyarakat luas dan mensosialisasikan kegiatan-kegiatan NU dalam bingkai seni budaya muslim nusantara. Ngidung boleh, hajatan boleh, tapi bagaimana caranya kita masukkan nilai-nilai islami di dalam aktifitas tersebut yakni melalui acara tahlilan, marhabanan, istighosahan (doa bersama), dan lain sebagainya," ucap Ketua Lesbumi PCNU Indramayu, Hidayatullah Ali Ridho.
Kanjeng Dayat Pituduh, sapaan akrab Hidayatullah, melanjutkan, ia menegaskan mulai hari itu pergerakan-pergerakan kultural NU tidak boleh jauh dari misi-misi mengenalkan nilai-nilai Aswaja An Nahdhiyyah.
Sikap itu Kanjeng Dayat, agar masyarakat tahu dan faham bahwa selama ini sebenarnya mereka telah melakukan amaliyah-amaliyah NU dan sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rosulullah SAW, serta para ulama di tanah jawa.
"Nahdlatul Ulama sebagai benteng nusantara harus senantiasa masuk kesemua lini masyarakat, mulai dari seni budaya, perekonomian, sosial politik, dan lain-lain, tidak hanya melulu stagnan pada wilayah-wilayah praktisi agama saja. Kader NU harus siap berada di manapun, ditugaskan apapun dan jangan pernah menyerah hanya karena gara-gara biaya," tandas Kanjeng Dayat.
Bendahara Lesbumi PCNU Indramayu, Dhirun Bratayudha menjelaskan, secara leksikal kata 'kidung' dalam bahasa Jawa mempunyai padanan dengan tembang atau sekar, bermakna nyanyian. Sehingga sangat mudah diterima dan dipahami oleh anak-anak muda khususnya sebagai penerus tambuk Seni Budaya.
Selain itu, Mang Dirun sapaan akrab Dhirun Bratayudha, juga menyebutkan bahwa tujuan dari kegiatan tersebut adalah membenahi serta menyelaraskan literasi tentang mithos Saeda Saeni yang terjun ke Kali Sewo sebagai tumbal.
Lebih dari itu, kegiatan ini juga dimaksudkan sebagai refleksi dari Hari Pahlawan Nasional ditahun 2021 ini.
Mang Dhirun berharap, 67 orang yang dimakamkan dalam satu lubang sebagai korban dari buruh transmigrasi harus senantiasa dikenang jasa-jasanya. Pemerintah membangun Tugu Transmigrasi sebagai bentuk apresiasi dari perjuangan 67 buruh transmigrasi tersebut.
"JER BASUKI MAWA BEYA begitulah tulisan yang ada ditugu tersebut. Pepatah ini mengisyaratkan bahwa setiap cita-cita, idealisme, kesuksesan itu membutuhkan biaya/pengorbanan. Semangat menggiatkan publikasi membutuhkan pengorbanan biaya, tenaga dan waktu," papar Mang Dhirun.
Acara ini juga dihadiri langsung oleh kang Yahya Ansori selaku Sekretaris PCNU kabupaten Indramayu.
Kang Yahya menyampaikan, agar Lesbumi harus tetap bergerak dan konsisten menjunjung tinggi nilai-nilai seni dan budaya lokal Indramayu. Bahkan, kang Yahya juga menegaskan bahwa Lesbumi harus aktif dan inovatif dalam perannya menyebarkan akidah ahlussunnah wal jamaah an Nahdhiyyah.
"Saya sangat berharap bahwa Lesbumi mampu menciptakan suasana baru ditengah-tengah Nahdlatul Ulama sehingga mampu menggerakkannya melalui jalur seni dan budaya. Karena NU sangat berpegang teguh kepada Islam kultural nusantara, bukan Arab syndrome. Salah satunya adalah Lesbumi sebagai motorik penyebaran aswaja an Nahdhiyyah di Bumi Wiralodra ini," tutur Kang Yahya.
"Semoga kedepannya Lesbumi semakin maju dan senantiasa diberkahi para ulama, kiai dan sesepuh Indramayu," harapnya.
Editor : Miftahudin