Setelah membuat iwak bekasem, rangkaian berikutnya, menurut Iyan, yakni menaruh sesaji di beberapa titik yang ada di dalam Keraton, titik yang biasanya ditaruh sesaji ini biasanya pintu dan sumur-sumur yang ada di lingkungan Keraton.
"Sesaji ini biasnya isinya cangcot (tumpeng kecil.red) ikan petek bakar, cabe merah, telor ayam dan rokok kereta," katanya.
Di katakan Iyan, selain menaruh sesaji, pada awal bulan Maulid juga dilaksanakan prosesi penguburan kepala atau bagian dalam dari kerbau atau sapi. Dimana makna yang terkandung dalam kegiatan penguburan ini adalah mengubur kebodohan dan kotoran yang ada didalam tubuh manusia.
"Kenapa dipilih kepala kerbau, karena kerbau identik dengan kebodohan, jadi maknanya mengubur kebodohan," jelasnya.
Setelah selesai menguburkan sesaji tadi, di katakan Iyan, abdi dalam Keraton dan keluarga Sultan pun melakukan prosesi pembersihan pusaka yang dimiliki oleh Kraton Kacirbonan seperti Keris, Tombak dan pusaka lainya (tosan aji.red).
"Pencucian sendiri di lakukan dalam beberapa proses seperti menggunakan air kembang, batok kelapa dan lainnya," terangnya.
Rangkaian Muludan selanjutnya menurut Iyan, adalah pembuatan ukup wangi (wangi-wangian.red) dimana ukup wangi ini terbuat dari bahan utamanya adalah tebu wulung yang dicampurkan dengan berbagai kayu yang memilki aroma wangi seperti kayu Cendana, kayu gaharu dan kayu-kayu lainnya.
"Semua bahan di campur dan diolah sampai menjadi serbuk. Serbuk ukup wangi ini yang nantinya digunakan untuk setiap kali kegiatan adat yang ada di Keraton Kacirbonan, biasanya dalam satu kali pembuatan ukup wangi ini akan digunakan selama 1 tahun," tandasnya.
Setelah selesai membuat ukup wangi, rangkai berikutnya adalah memayu awal, dijelaskan Iyan, memayu awal ini adalah kegiatan bersih-bersih Keraton oleh abdi dalam Kraton. Memayu ini lanjut Iyan dilakukan sebanyak dua kali, yang pertama di awal bulan (memayu awal.red) dan yang kedua memayu akhir (biasanya dilakukan 3 hari sebelum hari H/pelal agung).
"Memayu akhir ini seluruh abdi dalam Keraton berkumpul untuk membantu mempersiapkan kegiatan puncak atau pelal agung," ungkapnya.
Pada saat memayu akhir ini, di katakan Iyan, abdi dalam juga melakukan kegiatan latihan pembacaan kitab berjanji dan yang lainnya, yang nantinya akan dibacakan pada saat pelaksanaan pelal agung.
"Peda saat tanggal 8 Maulid (Rabbiul awal.red) ini dilakukan prosesi pelal alit dimana dalam prosesi ini di lakukan penabuhan gembung (alat musik tradisional.red) dan mengumandangkan sholawat, ini tujuannya untuk mengingat kan kita semua, kalau akan datang Nabi akhir jaman yang akan menuntun manusia dari jaman kegelapan menuju jaman terang benderang, yakni Nabi Besar Muhammad Saw," tandasnya.
Selain menabuh gembung, pada pelal alit ini juga dilakukan kegiatan pembersihan paning jimat (piring peninggalan Sunan Gunung Jati.red) yang mana piring ini nantinya digunakan untuk menaruh nasi jimat dan juga iwak bekasem.
"Pada hari H atau 12 Rabbiul awal itu akan dilaksanakan kegiatan pelal agung dimana pelal agung ini dimulai dari pagi hari yakni pencucian beras panjang yang nantinya akan dijadikan beras jumat. Kemudian pembuatan nipis boreh (sepeti lulur yang digunakan oleh keluarga Sultan.red)," katanya.
Iyan juga mengatakan, pada malam hari biasanya dilaksanakan setelah sholat Isya, prosesi panjang jimat atau pelal agung pun dimulai dengan dikeluarkannya pusaka-pusaka yang ada di dalam Kraton dan juga piring-piring jimat yang sudah di isi dengan nasi jimat dan juga iwak bekasem.
"Pusaka dan piring jimat ini nantinya akan dibawa ke langgar Kramat Tirta Sumira yang letaknya di sekitar Kraton Kacerbonan, di dalam langgar ini, dimulainya prosesi doa-doa kepada Allah SWT, dan juga pembaca sholawat Nabi," jelasnya.
Setelah selesai prosesi pembacaan doa, puncak kegiatan pelal agung ditutup dengan pembagian nasi jimat dan juga iwak bekasem yang sudah diberi doa sebelumnya kepada, panitia, abdi dalam Keraton dan juga masyarakat sekitar.
"Setelah pelal agung, baru besoknya pencucian kembali piring-piring jimat, sebelum dimasukkan kembali ke dalam musim yang ada di dalam Keraton dan akhir dari kegiatan Muludan pun ditutup dengan kegiatan buang takir dimana kegiatan buang takir ini adalah ungkapan rasa syukur atas suksesnya kegiatan Muludan di Kraton Kacirbonan," tutupnya..
Editor : Miftahudin