JAKARTA, iNews.id - Obat antivirus oral Covid-19 eksperimental produksi Merck, Molnupiravir, diklaim dapat mengurangi risiko kematian akibat Covid-19.
Menurut ahli, penemuan ini merupakan terobosan potensial untuk menghentikan pandemi.
"Jika mendapat izin penggunaan darurat (EUA), Molnupiravir akan menjadi obat antivirus oral pertama untuk Covid-19," terang laporan Reuters, dikutip Senin (4/10/2021).
BACA JUGA:
Inggris Bakal Hapus Indonesia dari Daftar Merah Covid
Pasangan Merck dan mitranya, Ridgeback Biotherapeutics, mengatakan mereka sedang memperjuangkan keluarnya izin penggunaan darurat (EUA) pil eksperimental lewat Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA). Selagi menunggu EUA keluar, perusahaan juga merancang peraturan penggunaan obat di seluruh dunia.
"Antivirus oral seperti Molnupiravir dapat memengaruhi rawat inap hingga tingkat kesakitan pasien. Ini akan mengubah situasi dunia," kata Amesh Adalja, sarjana senior di Pusat Keamanan Kesehatan Johns Hopkins.
Saat ini obat yang banyak dipakai adalah Remdesivir antivirus infus Gilead Sciences Inc (GILD.O) dan Deksametason steroid generik. Namun, dua obat tersebut hanya diberikan pada kondisi pasien dirawat di rumah sakit.
"Perawatan semacam ini tidak praktis dan menantang secara logistik untuk diberikan. Pil oral sederhana jauh akan menjadi kebaikan untuk masyarakat," lanjut Adalja.
"Pil kami akan mengubah 'dialog' seputar cara mengelola Covid-19," kata Chief Executive Merck, Robert Davis pada Reuters.
Sementara hasil uji coba tahap 3 pil oral Merck ini diketahui sangat kuat. Dari 775 pasien yang terlibat dalam studi, peneliti mengamati rawat inap atau kematian di antara mereka lebih kecil.
Ditemukan bahwa 7,3 persen dari mereka yang diberi Molnupiravir dua kali sehari selama 5 hari perawatan di rumah sakit, tidak ada yang meninggal dunia dalam 29 hari setelah obat diberikan. Ini dibandingkan dengan tingkat rawat inap kelompok plasebo sebesar 14,1 persen dan 8 kasus meninggal dunia dilaporkan.
"Perawatan antivirus yang dapat dilakukan di rumah untuk menjauhkan orang dengan Covid-19 perlu perawatan di rumah sakit sangat dibutuhkan," kata Wendy Holman, CEO Ridgeback, lewat keterangan resminya.
Dari 775 pasien yang terlibat, mereka memiliki kondisi ringan hingga sedang yang terkonfirmasi positif. Gejala mereka tidak lebih dari 5 hari.
"Semua pasien setidaknya memiliki satu faktor risiko yang terkait dengan kondisi perburukan, seperti obesitas atau lansia," terang laporan tersebut.
Di sisi lain, obat setara dengan Molnupiravir dilaporkan memiliki efek kecacatan lahir dalam penelitian pada hewan. Sedangkan Molnupiravir, Merck memastikan, tidak memengaruhi DNA mamalia sama sekali, termasuk pada manusia.
"Pil Molnupiravir ini tidak mampu mendorong perubahan genetik pada sel manusia, tetapi pria yang terdaftar dalam uji cobanya harus berpantang hubungan seksual atau setuju menggunakan kontrasepsi selama uji coba dilakukan. Pada wanita, penggunaan obat tidak menghambat kehamilan dan mereka juga diminta menggunakan alat kontrasepsi," terang Merck.
Merck mengatakan, pengurutan virus yang dilakukan sejauh ini menunjukkan bahwa Molnupiravir efektif terhadap semua varian Covid-19 termasuk Delta yang sangat mudah menular.
Editor : Sazili Mustofa
Artikel Terkait