Selain di Indonesia, Ini Deretan Kota di ASEAN yang Terancam Tenggelam dan Kondisinya Sekarang

Ajeng wirachmi
Ilustrasi Kota-kota pesisir di dunia terancam tenggelam. (Foto: doc. iNews.id)

JAKARTA, iNews.id - Jakarta pernah diprediksi tenggelam dalam waktu 10 tahun mendatang oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden. Pernyataan itu sontak mengagetkan banyak pihak dan menimbulkan kegaduhan.

 

Biden menyampaikan prediksi itu dalam pidatonya pada 27 Juli 2021 tentang perubahan iklim. Di sisi lain, fakta membuktikan bahwa permukaan tanah di Jakarta, khususnya Jakarta Utara, mengalami penurunan sebesar 200-250 cm per tahun.

Selain Jakarta, sejumlah kota di wilayah ASEAN juga terancam tenggelam dalam waktu dekat. Ancaman ini terlihat dari kondisi penurunan permukaan tanahnya.
Berikut deretan kota di ASEAN yang juga terancam tenggelam:

Bangkok, Thailand

Jurnal bertajuk ‘Sinking Coastal Cities’ yang diterbitkan oleh Asosiasi Internasional Ilmu Hidrologi, disebutkan Bangkok akan mengalami penurunan permukaan tanah sekitar 19 cm di tahun 2025 mendatang.

Demi mengurangi semakin menurunnya permukaan tanah, pemerintah Bangkok telah mengeluarkan peringatan pembatasan ekstraksi air tanah bagi masyarakatnya. Hal ini terbukti telah berhasil mengurangi keparahan penurunan permukaan tanah.

Sementara itu, retribusi terhadap penggunaan air tanah sudah dilakukan sejak tahun 1985 dan terus dilakukan. Kini, air tanah hanya menyumbang 10 persen untuk memenuhi kebutuhan air bagi industri di Bangkok.

Meskipun Bangkok terancam tenggelam, pemerintah kota setempat terus mengusahakan agar penurunan permukaan tanah tidak terjadi drastis.

Ho Chi Minh City, Vietnam

Ho Chi Minh City merupakan kota pesisir yang menghadapi permasalahan serupa seperti Bangkok. Jika Bangkok berhasil menekan penggunaan air tanah dan menerapkan retribusi, maka Ho Chi Minh tidak seberuntung itu.

Kota ini kesulitan menerapkan hal yang sama seperti Bangkok lantaran tidak memiliki data yang cukup tentang penggunaan air tanah. Laman ASEAN Today menyebut, banyak masyarakat yang juga tidak meyakini bahwa penggunaan air tanah bisa mengancam keselamatan kota ini.

Sebagaimana halnya Bangkok, sebagian besar wilayah Ho Chi Minh City diperkirakan akan tenggelam di tahun 2050. Masyarakat akan mengalami bencana banjir secara reguler akibat menurunnya permukaan tanah.
Data yang diperoleh dari Procedia Engineering “The Main Causes of Land Subsidence in Ho Chi Minh City” menyebut, dari 116 ruas jalan yang sering tergenang banjir, 79 di antaranya sudah mengalami permukaan tanah.

Sebenarnya, penurunan permukaan tanah di kota ini sudah terlihat sejak tahun 2003. Kala itu, permukaan tanah di Distrik 9 terpantau mengalami pergerakan dan tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti.
Prosiding ini juga menyajikan data hasil proyek penelitian yang dilakukan oleh Pusat Geo-Informatika Vietnam National University.

Hasilnya, beberapa wilayah di Ho Chi Minh City mengalami penurunan permukaan tanah 1 cm per tahunnya. Lebih spesifik lagi, permukaan tanah di 14 distrik kota itu rata-rata menurun 0,7 hingga 1 cm setiap tahun.

Di beberapa daerah yang ramai dengan proses urbanisasi seperti Tan Phu, Binh Thanh, Thu Duc, Binh Chanh, Nha Be, dan Hoc Mon, penurunan permukaan air tanahnya bahkan menyentuh angka 1,5 cm per tahun.

Proses penurunan tanah di Ho Chi Minh City, secara garis besar, dipengaruhi oleh struktur geologi, perencanaan tata kota yang kurang matang, ekstraksi air tanah dan pengelolaan infrastruktur yang kurang mumpuni. Jika ini terus dibiarkan, maka kemungkinan Ho Chi Minh City untuk cepat tenggelam semakin nyata.

Manila, Filipina

Satu lagi kota negara anggota ASEAN yang dikhawatirkan akan cepat tenggelam adalah Manila. Ibu kota Filipina ini mengalami penurunan permukaan tanah sebanyak 2 cm per tahun, yang terjadi di sepanjang tahun 2015 hingga 2020.

Sejak tahun 1993, permukaan air laut di Manila telah meningkat hingga 0,3 cm berdasarkan data milik The Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). Banjir menjadi lebih sering melanda Manila.
Penurunan permukaan air tanah di Manila bahkan diprediksi lebih besar.

Hal ini diungkap dalam artikel bertajuk “Global sea-level rise is recognised, but flooding from anthropogenic land subsidence is ignored around northern Manila Bay, Philippines” yang menyebut bahwa penurunannya mencapai 5 sampai 9 cm per tahun.
Filipina sebenarnya negara yang cukup rentan mengalami bencana. Sebut saja banjir hingga angin topan dan gempa bumi. Permukaan air lautnya pun cenderung rutin mengalami kenaikan.

Di Teluk Manila misalnya, yang permukaan air lautnya terpantau naik hingga 3,2 cm setiap tahun. Hal itu dipicu penggerusan air tanah berlebihan sehingga permukaan tanahnya mudah turun.

Banyak kawasan pesisir di Filipina, termasuk Teluk Manila, dikhawatirkan akan tenggelam pada 2050 apabila gagal menangani persoalan tersebut.

 

Editor : Miftahudin

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network