CIREBON, iNewsCirebon.id - Kisah Syekh Magelung Sakti, seorang panglima perang Sunan Gunung Jati Cirebon yang dikenal gagah dan sakti. Syekh Magelung Sakti yang namanya sangat dikenal di tanah Cirebon karena kiprahnya sebagai seorang panglima perang yang sangat disegani musuh-musuhnya.
Syekh Magelung Sakti merupakan ulama sekaligus murid Sunan Gunung Jati Cirebon yang memiliki penampilan khas. Ada sejarah panjang Syekh Magelung Sakti menjadi murid sekaligus panglima Sunan Gunung Jati Cirebon. Yuk simak kisahnya berikut ini.
Kisah Syekh Magelung Sakti
Syekh Magelung Sakti, seorang ulama, murid, sekaligus panglima perang. Berdasarkan kitab Babad Cirebon Syekh Magelung Berasal dari negeri Syam di Syiria, beliau adalah putra dari Sayyid Abdurrahman Ar Rumi bin sayyid Ahmad bin Sayid Barakat Zainul Alam.
Konon dikisahkan rambut Syekh Magelung tidak bisa dipotong oleh apapun dan oleh siapapun sehingga rambut nya menjuntai panjang hingga menyentuh tanah, karena itulah Syekh Magelung selalu menggulung atau menggelung rambutnya dan dari situlah beliau dijuluki dengan nama Syekh Magelung.
Selain itu, beliau juga memiliki banyak julukan diantaranya Syekh Magelung Sakti alias Pangeran Syarif Syam alias Pangeran Soka alias Pangeran Karang Kendal alias Mamak Gelung alias Rama Gelung alias Pangeran Rama Gelung alias Pangeran Gelung.
Ketika berusia 7 tahun Syekh Magelung digolongkan sebagai anak yang jenius karena memiliki banyak ilmu. Karena hal itu dia dijuluki sebagai sufi cilik dan menyebabkan dirinya menjadi rebutan di kalangan para guru dan ulama di wilayah Timur Tengah.
Saat usianya memasuki 11 tahun Syekh Magelung mampu menjadi seorang pengajar termuda di berbagai negara diantaranya di Makkah, Madinah, istana Raja Mesir, Masjidil Aqsa, Palestina dan diberbagai tempat terkenal lainnya.
Meski demikian, dirinya juga menuai banyak hujatan dari ulama karena rambutnya yang semakin panjang dan dianggap tidak mencerminkan seorang pelajar dan pengajar ilmu keagamaan yang selalu mengedepankan akhlak, tata krama dan budi pekerti dengan penampilan rambut panjangnya.
Syekh Magelung bukannya tidak mau memotong rambutnya akan tetapi rambutnya lah yang tidak bisa dipotong oleh senjata apapun walaupun dirinya sudah berusaha hingga berkeliling ke berbagai penjuru dunia tetapi tidak ada satu orangpun yang mampu memotong rambut panjangnya.
Pada usia 30 tahun Syekh Magelung dibawa oleh pihak kerajaan Mesir untuk menjadi panglima perang melawan kerajaan Romawi dan kerajaan Tartar, dari situlah dirinya semakin dikenal ke seluruh belahan dunia. Uniknya, bila para panglima perang selalu mengalahkan musuh-musuhnya dengan sabetan pedang, panah atau senjata lainnya.
Berbeda dengan Syekh Magelung, ia bisa mengalahkan lawannya hanya dengan kibasan rambutnya yang keras seperti kawat dan tajam bagaikan pedang hal tersebutlah yang membuat semua musuh yang dihadapinya lari ketakutan. Dari situlah Syekh Magelung dikenal sebagai Panglima yang sangat ditakuti dan disegani oleh lawan tandingnya.
Pada usia 34 tahun Syekh Magelung mendapat petunjuk untuk mencari guru yang dapat memotong rambutnya serta membimbing dirinya. Kemudian dirinya langsung berpamitan kepada pihak kerajaan Mesir untuk mencari guru. Syekh Magelung berikrar siapa yang dapat memotong rambutnya maka dirinya akan berguru kepadanya.
Di antara ulama besar yang ditemui oleh Syekh Magelung di antaranya, Syekh Dzatul Ulum di Libanon, Syekh Attijani di Yaman Selatan, Syekh Qowi bin Subhan bin Arsy di Beirut, Syekh As Samarqondi bin Zubair bin Hasan di India, Syekh As Salam di Malaita, Syekh Mahmud di Yerusalem, Syekh Zakariya bin Salam bin Zaab di Tunisia, Syekh Marwan bin Sofyan Siddrul Muta’alim di campa dan masih banyak lagi ulama-ulama terkenal yang disinggahi oleh Syekh Magelung.
Hingga pada suatu saat Syekh Magelung sampai di perbatasan Selat Malaka dan bertemu dengan seorang pertapa sakti yang bernama Resi Purba Sanghyang Dursasana Prabu Kala Sengkala, dari sang resi inilah kemudian Syekh Magelung mendapat petunjuk jika orang yang dapat memotong rambutnya adalah seorang waliyullah yang berada di tanah Jawa.
Setibanya di pesisir tanah Jawa Syekh Magelung terus berkelana sambil bermunajat kepada Allah memohon agar dapat segera dipertemukan dengan waliyullah yang dapat memotong rambutnya itu. Saat sedang bermunajat tepatnya pada malam Jumat dirinya mendapat petunjuk bahwa waliyullah yang dicarinya adalah Sunan Gunung Jati di Cirebon.
Kemudian Syekh Magelung meneruskan perjalanannya menuju Cirebon dan bertemulah dirinya dengan waliyullah yang selama ini dicari-cari yaitu Sayid Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati, tanpa berlama-lama dirinya menyampaikan maksud dan tujuannya kepada Sunan Gunung Jati.
Pada saat itulah rambut Syekh Magelung dapat dipotong dengan mudah oleh Sunan Gunung Jati. Tempat dimana rambut Syekh Magelung dipotong dinamakan Karanggetas hingga kini menjadi sebuah desa di Cirebon yang disebut Desa Karanggetas.
Kemudian Syekh Magelung mengangkat Sunan Gunung Jati sebagai gurunya yang kemudian Syekh Magelung diberi gelar Pangeran Soka dan diberi tugas untuk berdakwah menyebarkan agama Islam ditanah Cirebon.
Syekh Magelung dinikahkan oleh salah satu murid dari Sunan Gunung Jati yang bernama Nyimas Gandasari yang sangat cantik jelita.
Setelah dinikahkan Syekh Magelung kembali ditugaskan untuk berdakwah menyebarkan agama Islam ditanah Jawa dan hingga akhirnya wafat dan dimakamkan di Kampung Karang Desa Karangkendal Kecamatan Kapetakan Kabupaten Cirebon Jawa Barat.
Begitulah kisah Syekh Magelung Sakti, ulama sekaligus panglima perang yang gagah berani.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta
Artikel Terkait