Saat usianya memasuki 11 tahun Syekh Magelung mampu menjadi seorang pengajar termuda di berbagai negara diantaranya di Makkah, Madinah, istana Raja Mesir, Masjidil Aqsa, Palestina dan diberbagai tempat terkenal lainnya.
Meski demikian, dirinya juga menuai banyak hujatan dari ulama karena rambutnya yang semakin panjang dan dianggap tidak mencerminkan seorang pelajar dan pengajar ilmu keagamaan yang selalu mengedepankan akhlak, tata krama dan budi pekerti dengan penampilan rambut panjangnya.
Syekh Magelung bukannya tidak mau memotong rambutnya akan tetapi rambutnya lah yang tidak bisa dipotong oleh senjata apapun walaupun dirinya sudah berusaha hingga berkeliling ke berbagai penjuru dunia tetapi tidak ada satu orangpun yang mampu memotong rambut panjangnya.
Pada usia 30 tahun Syekh Magelung dibawa oleh pihak kerajaan Mesir untuk menjadi panglima perang melawan kerajaan Romawi dan kerajaan Tartar, dari situlah dirinya semakin dikenal ke seluruh belahan dunia. Uniknya, bila para panglima perang selalu mengalahkan musuh-musuhnya dengan sabetan pedang, panah atau senjata lainnya.
Berbeda dengan Syekh Magelung, ia bisa mengalahkan lawannya hanya dengan kibasan rambutnya yang keras seperti kawat dan tajam bagaikan pedang hal tersebutlah yang membuat semua musuh yang dihadapinya lari ketakutan. Dari situlah Syekh Magelung dikenal sebagai Panglima yang sangat ditakuti dan disegani oleh lawan tandingnya.
Pada usia 34 tahun Syekh Magelung mendapat petunjuk untuk mencari guru yang dapat memotong rambutnya serta membimbing dirinya. Kemudian dirinya langsung berpamitan kepada pihak kerajaan Mesir untuk mencari guru. Syekh Magelung berikrar siapa yang dapat memotong rambutnya maka dirinya akan berguru kepadanya.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta
Artikel Terkait